PENDIDIKAN

Batik Difabel Trenggalek Berisi Ejaan Jari dan Huruf Braile

×

Batik Difabel Trenggalek Berisi Ejaan Jari dan Huruf Braile

Sebarkan artikel ini
Istimewa, proses pembuatan batik.

SUARA TRENGGALEK – Sempat viral di tahun 2019, batik difabel di Trenggalek menjadi satu-satunya batik di Indonesia. Uniknya, batik ini tercetus saat mempersiapkan lomba guru berprestasi dan berdedikasi.

Produk batik yang di produksi oleh Yayasan Disabilitas Naeema Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur ini, menjadi satu satunya batik dengan pola dari isyarat ejaan jari dan braile.

Saat itu, Taryaningsih Ketua Yayasan Disabilitas Naeema, awal mula tidak ada fikiran membuat batik disabilitas atau difabel tersebut.

Namun sebelumnya pihak yayasan telah membuat batik SLBN Panggungsari,  Durenan yang akan digunakan sebagai lomba guru berprestasi dan berdedikasi pada tahun 2019 ini.

“Berawal dari situ, seketika langsung ada pesanan dari bupati dan juga banyak teman-teman yang meminta untuk dibuatkan,” ungkapnya, Minggu (23/6/2019).

Dari langkah itu, alhasil batik dari pola bahasa isyarat ejaan jari dan brail yang semula bertuliskan SLBN Panggungsari diganti dengan difabel Trenggalek.

Tarya sapaan akrabnya menjelaskan jika batik difabel atau disabilitas ini bisa diganti pada isyarat ejaan jari dan brail sesuai dengan pesanan.

“Sehingga batik yang akan dibuat tetap menggunakan isyarat disabilitas,” tutur Tarya.

Menurutnya, terkait tingkat kesulitannya sendiri sebenarnya tidak ada dalam proses pembuatannya.

Namun menurut Tarya dibutuhkan ketlatenan pada saat mencanting batik. Karena pola batik harus di buat khusus sesuai bahasa isyarat.

“Kalau pola batik difabel sudah saya buatkan sendiri. Jadi untuk teman disabilitas, cukup tinggal menggambar kain di atas pola yang telah dibuat,” terangnya.

Dijelaskan Tarya, kesulitan lainnya pada saat mencanting ketika akan membatik. Sebab jika malam atau bahan membatik terlalu dingin serta terlalu encer akan meluber kemana-mana.

Karena jika meluber, malam yang digunakan sebagai batik difabel maka isyarat jari dan brail akan tidak terbaca.

Ditegaskannya, batik disabilitas ini belum pernah ada di Indonesia karena isyarat dan brail awalnya hanya untuk sarana komunikasi.

“Isi batik itu menggunakan isyarat untuk berkomunikasi dengan tuna rungu sedangkan brail untuk tunanetra,”terangnya.

Ditambahkan Tarya, dari situlah inspirasi itu muncul untuk dijadikan batik dengan kombinasi logo disabilitas. Jadi, ada ejaan untuk tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita dan autis.

Selain itu karena karya ini dari Trenggalek, sementara di Kabupaten Trenggalek kaya akan cengkih maka dikombinasikan dengan bunga cengkih.

Serta ada bunga teratai yang melambangkan cinta dan kehidupan di tengah kehidupan kita yakni teman difabel.

“Sehingga kita memang harus sangat tulus mencintai, mengasihi dan melindungi anak-anak difabel dalam kehidupan bermasyarakat,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *