SUARA TRENGGALEK – Sebanyak lebih dari 70 negara akan menyampaikan pernyataan bersama yang menyerukan target global pengurangan produksi dan konsumsi plastik dalam Konferensi Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang digelar di Nice, Prancis, pada 9–14 Juni 2025.
Pernyataan itu diinisiasi oleh sejumlah negara Eropa dan negara-negara kepulauan Pasifik. Namun, Jepang diperkirakan tidak akan mencantumkan namanya dalam dokumen tersebut.
Melansir dari Kyodo News, beberapa negara Timur Tengah yang merupakan produsen minyak bumi juga tidak mendukung pembatasan produksi plastik, karena plastik merupakan produk turunan dari minyak.
Setiap tahun lebih dari 8 juta ton sampah plastik mencemari laut dan merusak ekosistem. Kekhawatiran juga meningkat terhadap mikroplastik yang masuk ke tubuh biota laut dan dapat membahayakan kesehatan manusia melalui rantai makanan.
Pernyataan bersama yang akan disampaikan juga menyerukan pelaporan wajib terhadap volume produksi, impor, dan ekspor plastik sebagai bagian dari upaya mencapai target pengurangan yang terukur.
Prancis yang memimpin penyusunan pernyataan tersebut menyebut momen ini sebagai “kesempatan bersejarah” untuk mendorong momentum global dalam mengendalikan polusi plastik.
Sementara itu, ketidakterlibatan Jepang dalam pernyataan ini mendapat kritik dari sejumlah kelompok lingkungan. Mereka menilai Jepang perlu memperjelas posisinya untuk memperkuat efektivitas perjanjian internasional pengendalian plastik.
Negosiasi lanjutan untuk merumuskan perjanjian internasional terkait regulasi produksi plastik dijadwalkan berlangsung pada Agustus mendatang di Swiss. Sebelumnya, pada perundingan di Korea Selatan, negara-negara peserta belum berhasil mencapai kesepakatan mengenai pembatasan produksi plastik.