ADVETORIAL

Desa Karanganom Trenggalek Masuk 3 Besar Lomba Gotong Royong Terbaik Jatim

×

Desa Karanganom Trenggalek Masuk 3 Besar Lomba Gotong Royong Terbaik Jatim

Sebarkan artikel ini
Desa Karanganom
Sekda Trenggalek (kanan) saat mendampingi tim penilai dari provinsi Jawa Timur.

SUARA TRENGGALEK – Desa Karanganom, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek masuk sebagai salah satu dari tiga nominasi Lomba Gotong Royong Terbaik tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2025. Selain Karanganom, dua desa lainnya berasal dari Kabupaten Madiun dan Bojonegoro.

Ketiga desa saat ini menjalani penilaian lapangan sebelum ditetapkan menjadi juara 1, 2, dan 3. Menyambut kedatangan tim penilai, Sekretaris Daerah (Sekda) Trenggalek, Edy Soepriyanto menyatakan bahwa yang utama bukan soal menjadi juara, melainkan penerapan nilai gotong royong dalam kehidupan masyarakat.

“Bukan juaranya, tapi tindak lanjut dan penerapan gotong royong itu seperti apa,” kata Edy Soepriyanto, Selasa (6/5/2025).

Edy mencontohkan pergeseran sistem keamanan lingkungan dari siskamling ke penggunaan CCTV sebagai bentuk adaptasi zaman, namun tetap berlandaskan semangat gotong royong.

“Penilaian ini sebagai pemicu kembali bahwa gotong royong itu masih ada dan harus ada,” imbuhnya.

Menurut Edy, perubahan generasi menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa. Ia berharap gotong royong tetap tumbuh dan berkembang, karena sangat membantu pembangunan dan kesejahteraan desa.

“Alhamdulillah setiap tahun kita menjadi kontestan. Keberhasilan ini bisa menjadi replikasi bagi desa-desa lainnya,” tutup Edy.

Ketua Tim Penilai Lapang, Tri Yuono yang juga Kepala Bidang Kemasyarakatan Desa Dinas PMD Provinsi Jawa Timur mengatakan, penilaian lapang dilakukan untuk memverifikasi data dari seleksi administrasi.

“Yang jelas ada empat aspek yang dinilai. Kami menggali kebenaran dari data yang telah dikirim,” ujar Tri.

Ia menambahkan, dalam beberapa kasus, terdapat program gotong royong yang tidak tercantum dalam data, tetapi sudah dilaksanakan oleh masyarakat. Hal itu menurutnya akan menjadi tambahan nilai.

Tri mengakui budaya gotong royong saat ini semakin langka akibat pengaruh globalisasi dan perbedaan generasi.

“Gotong royong itu nilai, norma, dan kultur yang turun-temurun. Kini kita hadapi tantangan dari generasi yang kurang tertarik pada nilai ini,” katanya.

Tri menyampaikan apresiasi kepada Desa Karang Anom dan peserta lomba lainnya karena masih melestarikan budaya gotong royong di wilayahnya.