BUDAYA

Ponpes Tertua di Trenggalek Berdiri Tahun 1600, Asal Mula Tradisi Kupatan

×

Ponpes Tertua di Trenggalek Berdiri Tahun 1600, Asal Mula Tradisi Kupatan

Sebarkan artikel ini
Ponpes Tertua di Trenggalek Asal Mula Tradisi Kupatan
Istimewa

SUARA TRENGGALEK – Menjelang Hari Raya Ketupat, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) melakukan kunjungan ke sejumlah tokoh agama di Kecamatan Durenan.

Kegiatan ini menjadi tradisi tahunan dalam menyambut lebaran ketupat, sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada para ulama.

Salah satu tokoh yang disambangi adalah KH. Abdul Fatah Mu’in, pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum Durenan. Pondok ini dikenal sebagai cikal bakal lahirnya tradisi Kupatan di Trenggalek.

Berdiri sejak tahun 1600, pesantren ini memiliki sejarah panjang yang bermula dari sosok Mbah Mesir, tokoh setempat yang diyakini sebagai pelestari awal budaya kupatan. Dari pondok inilah, konon lahir banyak pesantren besar di Pulau Jawa.

“Alhamdulillah, malam ini kita patroli sekalian silaturahmi karena besok sepertinya akan sangat padat. Antusiasme warga luar biasa. Tadi keluarga besar Ploso juga sudah hadir,” ujar Bupati Arifin di halaman Ponpes Babul Ulum, Minggu malam (6/4/2025).

Ia menambahkan bahwa situasi keamanan telah dikonfirmasi dalam kondisi aman. “Pak Kapolres tadi sudah memastikan aman ke jajaran Polda. Semoga semuanya bisa berlebaran kupat dengan aman dan tertib,” imbuhnya.

Kedatangan Bupati Arifin dan rombongan juga bertepatan dengan kehadiran KH. Nurul Huda Djazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri, yang turut menghadiri acara di Ponpes Babul Ulum.

Usai dari Babul Ulum, Bupati melanjutkan kunjungan ke Pondok Pesantren Hidayatut Thullab di Desa Kamulan, Kecamatan Durenan, serta ke Ponpes Daris Sulaimaniyyah dan beberapa ulama lainnya di wilayah tersebut.