BUDAYA

Turonggo Yakso Trenggalek Menuju Pengakuan Warisan Budaya Tak Benda

×

Turonggo Yakso Trenggalek Menuju Pengakuan Warisan Budaya Tak Benda

Sebarkan artikel ini
Turonggo Yakso Asli Trenggalek
Tari Turonggo Yakso, dok. Disparbud Trenggalek.

SUARA TRENGGALEK – Dalam rangka mendukung promosi pariwisata daerah bersama Kementerian Pariwisata, Anggota DPR RI Komisi VII, Novita Hardini, mendorong pemerintah pusat agar memberikan perhatian lebih terhadap kesenian khas Trenggalek, Jaranan Turonggo Yakso.

Novita, yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek, menilai kesenian ini layak diperjuangkan sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia. Ia mengingatkan pentingnya upaya pelestarian agar kesenian daerah tidak diakui oleh negara lain seperti kasus batik yang sempat diklaim oleh Malaysia.

“Saya berharap Jaranan Turonggo Yakso bisa dilirik oleh Kementerian Pariwisata. Kesenian ini sudah tampil di level global, salah satunya di Korea dengan jogetannya Oppan Gangnam Style. Bahkan di Finlandia juga pernah ditampilkan,” ujar Novita saat membuka kegiatan Bimbingan Teknis Peningkatan Pariwisata di Kecamatan Panggul, Sabtu (12/4).

Novita juga menegaskan bahwa kesenian Turonggo Yakso yang berasal dari wilayah Mataraman ini memiliki nilai filosofis yang mendalam, bahkan sejajar dengan Reog Ponorogo.

Makna Filosofis dan Media Edukasi

Menurut Novita, Turonggo Yakso memiliki makna mendalam. Kata “Yakso” berarti buto atau raksasa yang mencerminkan sifat angkara murka, sedangkan “Turonggo” berarti kuda yang melambangkan kekuatan dan keberanian.

“Ini menggambarkan perjuangan melawan raksasa dalam diri kita sendiri. Sebuah filosofi yang patut dikenalkan kepada generasi muda, terutama anak-anak Gen-C,” imbuhnya.

Novita juga menyoroti pentingnya mengenalkan seni budaya lokal sebagai bagian dari pendidikan karakter. Ia menilai, jika generasi muda hanya dibekali akademik tanpa sentuhan budaya dan moral, maka akan ada kekosongan dalam pembentukan karakter bangsa.

“Saya minta Pemerintah Indonesia mengawal betul pendidikan anak usia dini. Kesenian lokal harus dikenalkan sejak dini agar mereka bangga terhadap budaya kita yang lahir dari Indonesia dan kini disuarakan di panggung dunia,” tegasnya.