SUARA TRENGGALEK – Kabupaten Trenggalek tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga dengan keberagaman keseniannya. Salah satu kesenian tradisional yang berasal dari wilayah ini adalah Tari Jaranan Turonggo Yakso, sebuah warisan budaya yang memiliki sejarah panjang dan makna mendalam bagi masyarakat setempat.

dok. Disparbud Trenggalek.
Sejarah dan Asal-usul Tari Turonggo Yakso
Tari Turonggo Yakso merupakan kesenian asli Kabupaten Trenggalek yang berasal dari Kecamatan Dongko, sebuah daerah pegunungan yang berjarak sekitar 30 kilometer di selatan pusat kota. Tarian ini berakar dari upacara adat Baritan, tradisi yang telah diwariskan turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat.
Upacara adat Baritan sendiri diselenggarakan setiap tahun pada bulan Suro (Muharam) dengan hari dan tanggal yang ditentukan oleh sesepuh atau pawang, yakni tokoh yang dianggap memahami dan memiliki wewenang dalam tradisi tersebut. Dalam ritual ini, masyarakat berkumpul untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil pertanian dan keberkahan yang mereka terima.
Berkat jasa seorang warga Kecamatan Dongko bernama Puguh, kesenian Turonggo Yakso mulai dikenal luas pada tahun 1980-an. Seiring waktu, tarian ini semakin populer dan diakui sebagai kesenian khas Trenggalek, bahkan dikenal hingga ke mancanegara.

dok. Disparbud Trenggalek.
Makna dan Filosofi Tari Turonggo Yakso
Tari Jaranan Turonggo Yakso menggambarkan perjuangan masyarakat dalam mengusir marabahaya atau kekuatan jahat yang mengancam desa mereka. Gerakan yang enerjik dan penuh semangat melambangkan keberanian serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan hidup.
Selain itu, kehidupan masyarakat Dongko yang didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan turut mempengaruhi pelaksanaan upacara adat Baritan, yang dijadikan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Ritual ini tidak hanya berfungsi sebagai ungkapan syukur, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat hubungan sosial di antara warga.
Prosesi Upacara Adat Baritan
Dalam pelaksanaan upacara adat Baritan, para petani yang memiliki rojo koyo (hewan ternak) berkumpul dengan membawa perlengkapan sesaji berupa ambeng (nasi tumpeng) dan longkong (sesajen lain). Mereka juga membawa tali yang terbuat dari bambu yang disebut dadung. Ritual ini merupakan simbol harapan akan keberkahan dan keselamatan bagi seluruh masyarakat.
Hingga saat ini, Tari Jaranan Turonggo Yakso tetap lestari dan menjadi kebanggaan masyarakat Trenggalek. Keberadaannya tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai bagian dari identitas budaya yang harus terus dijaga dan dilestarikan oleh generasi mendatang.