PERISTIWA

Jeritan Warga Terdampak Pembangunan Jembatan Bendorejo Trenggalek

×

Jeritan Warga Terdampak Pembangunan Jembatan Bendorejo Trenggalek

Sebarkan artikel ini
Kondisi pembangunan beton jembatan yang menutup akses warga hingga ketinggian beton menenggelamkan rumah warga.

SUARATRENGGALEK.COM – Desakan warga terdampak permanen pembangunan jembatan di Desa Bendorejo, Pogalan atau biasa di sebut jembatan plengkung tentang kompensasi masih belum jelas.

Bahkan jawaban dari pihak Dinas PUPR menyampaikan jika tidak ada anggaran kompensasi untuk warga terdampak. Usai duduk bersama di gedung DPRD Trenggalek bersama warga.

Wardoyo atau biasa di sapa yoyok mengatakan jika dampak dari pembangunan jembatan itu bersifat permanen.

Tidak hanya satu, bahkan ada banyak dampak buruk yang dialami masyarakat akibat adanya pembangunan tersebut. 

“Dampak inilah yang mendasari masyarakat untuk menuntut adanya kompensasi, karena banyak faktor,” ungkapnya, Minggu (11/8/2024).

Disampaikan Yoyok, dampak pertama adalah dampak polusi, polusi pembangunan itu karena adanya getaran yang berimbas pada rumah warga, serta polusi udara yang di rasakan dalam proses pembangunan.

Juga ada dampak matinya usaha, disaat pengerjaan itu ditutup total. Karena di dalamnya ada beberapa usaha yang memang tidak bisa membuka usahanya.

Ketiga itu adalah dampak permanen rumahnya itu betul-betul terhimpit dengan adanya jembatan, bahkan harga purna jual yang menurun banyak.

“Kondisi dampak ekonomi warga menjadi yang utama, seperti toko warga dan usaha lainnya,” tegas Yoyok.

Juga dijelaskan Yoyok, warga sendiri menuntut kompensasi sekitar Rp 20 juta atas pembangunan Jembatan Plengkung itu. Hitungan itu tidak banyak kalau bagi pemerintah dibandingkan dampak permanen yang dirasakan warga.

Dari tuntutan hanya Rp 20 juta per warga yang kena dampak. Warga sempat di tawari berupa kompensasi berupa dana rohiman senilai Rp 1,5 juta.

“Sempat mau dikasih dana sekitar Rp 1,5 juta, tapi kami tolak, karena tidak sesuai dengan dampak permanennya,” ungkap Yoyok.

Sementara itu, berdasarkan pantauan di lapangan, jalan yang terdapat di depan rumah masyarakat kian menyempit, hanya bisa di lalui satu sepeda motor saja.

Hal ini disebabkan oleh sebagian jalan yang ada di depan rumahnya terbeton oleh pembangunan Jembatan Plengkung. Hingga setinggi rumah warga.

Keluhan juga disampaikan Hamim Tohari warga yang memiliki usaha persis di depan beton jembatan. Diakuinya, bahwa usahanya kian sepi.

Dulu per hari dari usahanya mendapatkan sekitar Rp 50.000 dari usaha burung dan dari warung kopi hampir Rp 100.000. Kalau sekarang sudah sepi.

“Padahal, saya harus menghidupi tiga orang anaknya dan merawat satu orang tua,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *