SUARA TRENGGALEK – Siklus lima tahunan menjadi pemicu naiknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Trenggalek.
Dari data tahun 2024 terdapat 948 kasus, angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya terdapat 129 kasus saja.
“Naiknya kasus DBD ini dipengaruhi oleh siklus lima tahunan,” Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) Trenggalek, Sunarto, Jum’at (3/1/2025).
Ia juga menerangkan bahwa kasus yang sama pernah terjadi di tahun 2019. Selain itu, upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang masih perlu ditingkatkan turut menjadi penyebab utama penyebaran kasus.
Kelompok Usia yang Terjangkit Demam Berdarah
Berdasarkan laporan yang masuk, menunjukkan adanya satu korban jiwa akibat DBD pada tahun ini.
Dengan klasifikasi usia yakni kelompok usia 15–44 tahun menjadi yang paling terdampak dengan 49,05 persen dari total kasus. Sementara itu, usia 5–14 tahun menyusul dengan 29,64 persen.
Selain itu, kasus pada bayi di bawah satu tahun tercatat sebesar 1,48 persen, usia 1–4 tahun sebanyak 3,27 persen, dan kelompok usia di atas 44 tahun mencapai 16,56 persen.
Laporan Daerah Dengan Kasus Demam Berdarah Tertinggi
Sunarto juga menyampaikan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Karangan menjadi daerah dengan laporan kasus tertinggi di Trenggalek.
Sebagai langkah pencegahan, berbagai upaya telah dilakukan, termasuk advokasi kepada pemangku kepentingan, penerbitan surat edaran kewaspadaan DBD, pemeriksaan jentik nyamuk, dan lomba sekolah sehat.
“Kegiatan sosialisasi lainnya juga terus digalakkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,” terangnya.
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dalam upaya pencegahan dan pemberantasan Sunarto menegaskan upaya pemberantasa sarang nyamuk melalui metode 3M Plus juga menjadi prioritas utama.
“Metode 3M mencakup menguras penampungan air, menutup tempat penyimpanan air, serta memanfaatkan barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk,” paparnya.
Pendekatan tambahan yang dilakukan meliputi penggunaan larvasida untuk tempat sulit dijangkau.
Di sisi lain, penggunaan obat anti-nyamuk, pemakaian pakaian lengan panjang, serta pemangkasan tanaman yang berpotensi menjadi sarang nyamuk juga perlu dilakukan.
Sunarto juga mengimbau masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan tidak menggantung pakaian yang bisa menjadi tempat nyamuk bersarang.
“Dengan kolaborasi masyarakat dan pemerintah, Trenggalek berupaya menekan jumlah kasus DBD,” pungkasnya.