KESEHATAN

Kasus DBD di Trenggalek Lagi Ngegas Dibanding Tahun Lalu

×

Kasus DBD di Trenggalek Lagi Ngegas Dibanding Tahun Lalu

Sebarkan artikel ini

SUARA TRENGGALEK – Lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) di tahun 2024 mengalami lonjakan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yakni tahun 2023.

Sesuai data dari Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Trenggalek hingga 7 Oktober 2024, tercatat 817 kasus DBD, meningkat drastis, sedangkan tahun 2023 hanya ada 129 kasus.

“Tahun ini juga merupakan siklus lima tahunan DBD,” jelas Kepala Dinkesdalduk KB Trenggalek, dr. Sunarto, Rabu (9/10/2024).

Ia juga menyampaikan, kenaikan tersebut disebabkan oleh siklus lima tahunan. Sebagian besar kasus DBD tercatat pada kelompok usia 15-44 tahun yang mencapai 47%.

“Sedangkan, 30,5% terjadi pada kelompok usia 5-14 tahun, dan 17,4% pada usia di atas 44 tahun. Sisanya terjadi pada usia di luar kelompok tersebut,” paparnya.

Gejala yang paling umum dialami oleh pasien DBD di Trenggalek meliputi demam naik-turun selama satu minggu pertama, mual, dan kadang muntah.

“Beberapa pasien juga mengalami gejala perdarahan, baik di kulit maupun di hidung (mimisan), gusi, dan selaput lendir lainnya,” jelasnya.

Meski terjadi peningkatan kasus yang signifikan, tidak ada laporan kematian akibat DBD di Trenggalek tahun ini.

Hal ini berkat upaya intensif dari Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek dan berbagai pihak dalam mengendalikan wabah tersebut.

Untuk langkah pengendalian DBD yang dilakukan meliputi kampanye pemberantasan sarang nyamuk dengan menerapkan 3M, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat air, dan mengubur barang-barang bekas yang bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

“Selain itu juga ada abatisasi atau penaburan larvasida, penaburan ikan untuk memakan jentik nyamuk, serta penggunaan losion anti nyamuk,”

Dinkesdalduk KB Trenggalek juga melakukan penyebaran surat edaran kewaspadaan DBD kepada masyarakat dan instansi terkait. Pengaktifan juru pemantau jentik (Jumantik) untuk memantau dan mengurangi jumlah jentik nyamuk di lingkungan masyarakat juga dilakukan.

“Dengan upaya tersebut, diharapkan angka kasus DBD dapat ditekan, terutama mengingat risiko yang masih ada hingga akhir musim penghujan,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *