SUARA TRENGGALEK – Perbaikan jalan berlubang di Trenggalek mendapat kritikan dari masyarakat. Karena, perbaikan tersebut dinilai tak memandang cuaca saat hujan yang berpotensi aspal tidak merekat sempurna.
Pengerjaan proyek di Trenggalek itu menjadi pertanyaan publik dan mendapat kritikan masyarakat. Kejadian itu terekam di Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek.
Dalam sebuah video yang beredar, terlihat sejumlah pekerja tambal sulam jalan tetap melanjutkan pengaspalan meski jalan yang berlubang masih tergenang air.
Video pekerjaan yang berada di Desa Bendoagung pada Jumat (28/3) sore itu, memperlihatkan para pekerja tetap menuangkan aspal hotmix ke jalan yang masih tergenang air. Para pekerja bahkan mengenakan jas hujan saat bekerja.
Aksi pengaspalan ini sontak menuai kritik masyarakat. Sebab, dalam praktik pengaspalan jalan, kondisi permukaan jalan umumnya harus kering agar aspal dapat menempel sempurna dan tahan lama.

Pekerja saat menggelar aspal waktu hujan.
Masyarakat Pertanyakan Kualitas Pekerjaan
Salah satu pengendara, Mustofa, mengaku tidak kaget melihat pemandangan itu. Ia bahkan menyebut pernah menyaksikan kejadian serupa beberapa hari sebelumnya di wilayah Kecamatan Gandusari.
“Bukan sekali ini saja pengaspalan dilakukan saat hujan, beberapa malam lalu juga saya lihat di Gandusari saat hujan,” ujarnya, Sabtu (29/3/2025).
Fenomena ini membuat warga bertanya-tanya. Apakah metode tersebut memang sesuai standar teknis pengaspalan? Ataukah justru mencerminkan lemahnya pengawasan terhadap proyek perbaikan jalan?
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Trenggalek terkait kejadian tersebut.
“Bukan sekali ini saja pengaspalan dilakukan saat hujan, pada malam malam beberapa hari lalu juga dilakukan saat turun hujan,” ujar Mustofa.

Pekerja terlihat memakai jas hujan saat menggelar aspal.
Minta Evaluasi Proyek Jalan
“Ya kalau caranya begitu dalam waktu dekat saya mengira akan rusak lagi, karena kondisi yang ditambal masih basah,” ucapnya.
Mustofa berharap agar ada evaluasi menyeluruh terhadap pengerjaan proyek perbaikan jalan di Trenggalek. Mengingat anggaran perbaikan jalan bersumber dari uang rakyat, warga meminta agar kualitas pengerjaan tidak asal jadi dan tidak sekadar formalitas demi menyelesaikan proyek.
“Kami khawatir praktik seperti ini akan membuat hasil tambal sulam jalan hanya bertahan sementara dan menimbulkan kerusakan kembali dalam waktu singkat,” tuturnya.
Dari kejadian itu, awak media sudah berusaha menghubungi Kepala Dinas PUPR Trenggalek melalui sambungan telepon. Namun hingga berita ini dinaikkan masih belum tersambung.