PERISTIWA

Sepi Penumpang, Sopir MPU Trenggalek Hanya Andalkan Pesanan Langganan

×

Sepi Penumpang, Sopir MPU Trenggalek Hanya Andalkan Pesanan Langganan

Sebarkan artikel ini
Angkutan umum Trenggalek
Angkutan umum di terminal colt Trenggalek saat menunggu penumpang.

SUARA TRENGGALEK – Keberadaan angkutan umum di Kabupaten Trenggalek kian memprihatinkan. Para sopir angkot mengaku hanya mendapat 4-5 penumpang per hari.

Sejumlah sopir Mobil Penumpang Umum (MPU) di Terminal MPU Kelurahan Sumbergedong mengeluhkan sepinya penumpang, khususnya pada trayek antar kecamatan, Kamis (24/4/2025).

Harmanu (62), salah satu sopir trayek Trenggalek-Munjungan, mengaku dalam sehari rata-rata hanya mendapat 4–5 penumpang, itupun dari pelanggan tetap yang sudah lama dikenalnya.

“Jadi kita hanya mengandalkan telepon. Kalau ada telepon dari pelanggan, kita baru jalan. Kalau tidak ada pesanan ya tidak mungkin berangkat,” ujar Harmanu.

Ia yang telah menggeluti profesi sebagai sopir MPU sejak 1985 mengaku bahwa sekarang hampir mustahil mendapatkan penumpang dari pinggir jalan.

Sebagian besar pengguna jasa MPU saat ini hanya pelanggan rutin seperti pedagang pasar atau warga yang hendak kontrol ke rumah sakit.

Menurut Harmanu, ia tetap berupaya melayani permintaan pelanggan meski secara ekonomi sering kali tidak menguntungkan.

“Sekali jalan pulang-pergi Munjungan–Trenggalek solar minimal Rp100 ribu, sedangkan tarif penumpang cuma Rp35 ribu,” katanya.

Mirisnya, tak jarang ia hanya membawa penumpang satu arah dan harus kembali dalam keadaan kosong. Bahkan, dalam kondisi sepi, ia hanya bisa beroperasi 4–5 kali dalam seminggu.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Harmanu masih mengandalkan sawah dan ladang miliknya di Kecamatan Munjungan.

Harmanu menilai, maraknya kendaraan pribadi dan kemudahan komunikasi lewat ponsel membuat masyarakat lebih memilih dijemput oleh keluarga dibanding naik MPU.

Namun yang paling disesalkan adalah keberadaan travel gelap dan odong-odong yang bebas beroperasi tanpa izin.

“Sekarang sudah diambil travel dari desa-desa, tapi travel-travel gelap tidak punya izin,” tegasnya.

Pada peringatan Hari Angkutan Nasional 2025, Harmanu berharap ada tindakan nyata dari pemerintah, terutama aparat penegak hukum, untuk menertibkan travel gelap agar MPU kembali diminati masyarakat.

“Percuma saja kalau unjuk rasa, tidak akan didengar dan hanya akan diberikan janji-janji tapi tidak ditepati,” pungkasnya dengan nada kecewa.