PERISTIWA

Ketua DPRD Trenggalek Desak Pemkab Segera Bangun Sumur Dalam di Desa Prambon

×

Ketua DPRD Trenggalek Desak Pemkab Segera Bangun Sumur Dalam di Desa Prambon

Sebarkan artikel ini
Air Sumur Warga Prambon Trenggalek
Doding Rahmadi saat meninjau kondisi air sumur milik warga desa prambon yang berwarna keruh.

SUARA TRENGGALEK – Setelah puluhan tahun bergantung pada air sumur keruh, berwarna kekuningan, berminyak, dan berbau logam, warga Dusun Krajan, Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, akhirnya mendapat harapan.

Ketua DPRD Trenggalek, Doding Rahmadi, mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek segera menganggarkan pembangunan sumur dalam guna mengatasi krisis air bersih yang dialami warga.

Doding mengatakan, dirinya telah turun langsung ke lokasi dan melakukan inspeksi terhadap sumur yang selama ini digunakan warga.

Hasil pengecekan menunjukkan, air keruh tersebut bukan disebabkan limbah industri, melainkan akibat rembesan air sungai ke sumur dangkal karena kondisi geografis permukiman warga yang berada di tepi sungai.

“Kami sudah turun ke lapangan. Ada dua RT di Dusun Krajan, RT 17 dan RT 18, yang air sumurnya keruh dan berminyak. Tapi setelah dicek, penyebabnya bukan limbah perusahaan, melainkan rembesan air sungai karena rumah warga berada di bantaran sungai,” kata Doding, Selasa (28/10/2025).

Ia menjelaskan, rembesan air sungai membuat air sumur berbau tak sedap dan tidak layak konsumsi. Warga bahkan harus mengendapkan air selama dua hingga tiga hari sebelum digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

“Warga harus mengendapkan air dua sampai tiga hari, itu pun belum tentu layak minum. Jadi persoalannya memang ketersediaan air bersih,” ujarnya.

Doding menambahkan, hasil sidak tersebut telah dibahas bersama Bupati Trenggalek. DPRD dan Pemkab sepakat untuk mengalokasikan anggaran pembangunan sumur dalam yang airnya akan dipompa dan disalurkan langsung ke rumah-rumah warga.

“Kami sudah bicara dengan Pak Bupati. Aspirasi warga jelas, mereka ingin sumur dalam. Nantinya air dipompa dan didistribusikan ke rumah-rumah,” jelasnya.

Saat ini, kebutuhan air bersih warga masih ditopang oleh tandon air bantuan Baznas Trenggalek yang diisi secara berkala oleh BPBD Trenggalek. Namun, pasokan tersebut dinilai belum mampu mencukupi kebutuhan harian seluruh warga.

Doding menyebut, warga juga menyatakan kesiapannya untuk menanggung biaya operasional listrik pompa air sumur dalam jika nantinya terbangun.

“Warga siap membayar listrik untuk pompa air. Ini menunjukkan mereka ingin mandiri,” tegasnya.

Krisis air bersih di Dusun Krajan diketahui telah berlangsung sekitar enam dekade. Warga hidup dengan air sumur berwarna kuning, berminyak di permukaan, dan berbau logam karat.

Sementara itu, Amin warga RT 16 RW 03, mengaku sejak kecil terbiasa menggunakan air sumur tersebut untuk mandi, mencuci, dan memasak.

“Airnya kuning dan bau logam. Kalau dipakai mencuci baju putih bisa jadi kuning kecokelatan. Untuk minum biasanya ambil dari sumur tetangga dan harus diendapkan semalaman,” ungkap Amin.

Ia berharap pemerintah segera merealisasikan pembangunan sumur dalam agar warga, khususnya anak-anak, tidak terus terpapar air yang berpotensi membahayakan kesehatan.

“Kami sudah terlalu lama hidup dengan air seperti ini. Kalau pemerintah membangun sumur dalam, itu bukan sekadar proyek, tapi menyangkut martabat manusia,” pungkasnya.