PERISTIWA

Pengunjung dan Pedagang Pasar Pon Trenggalek Mengeluh Diserbu Pengamen dan Pengemis

×

Pengunjung dan Pedagang Pasar Pon Trenggalek Mengeluh Diserbu Pengamen dan Pengemis

Sebarkan artikel ini
Pasar Pon Trenggalek
Situasi saat pengamen mendatangi pengunjung pasar pon Trenggalek.

SUARA TRENGGALEK – Suasana malam di kawasan Pasar Pon Trenggalek mulai dikeluhkan sejumlah pengunjung dan pedagang. Hal ini dipicu oleh maraknya pengamen dan pengemis yang datang silih berganti menghampiri pengunjung di angkringan dan kursi-kursi area publik.

Hal itu seperti yang disampaikan salah satu pengunjung yakni Marselo. Dirinya mengungkapkan ketidaknyamanannya karena frekuensi kedatangan para pengamen yang terlalu sering.

“Ya rasanya kurang pas, tempat yang seharusnya untuk bersantai dan ngobrol ringan malah kadang terganggu dengan pengamen. Kalau jumlahnya satu atau dua saja ndak papa, tapi hampir 15 menit sekali ada pengamen yang mendatangi,” ujar Marselo, Jumat (1/8/2025).

Ia berharap kondisi ini segera mendapat perhatian dari pihak terkait. Menurutnya, Pasar Pon Trenggalek sudah menjadi ikon Trenggalek yang aktif sejak pagi sebagai pusat belanja hingga malam hari sebagai pusat kuliner dan ruang interaksi publik.

“Pasar Pon Trenggalek ini terkenal, mulai dari pagi ada pusat belanja dan malam ada angkringan. Ketika pengunjung terganggu, pasti akan mempertimbangkan untuk kembali berkunjung,” imbuhnya.

Keluhan senada disampaikan Hilmi, salah satu pedagang angkringan di plataran pasar pon Trenggalek. Ia menyebut dalam satu malam bisa didatangi lebih dari sepuluh pengamen.

“Sebenarnya sebagai pedagang kami merasa terganggu, karena tiap satu jam bisa 10 pengamen. Akhirnya pengunjung tidak nyaman, suasananya terkesan kumuh, terlalu banyak keruwetan,” jelas Hilmi.

Menurut Hilmi, keberadaan pengamen juga berdampak pada kenyamanan transaksi. Banyak pembeli yang merasa terpaksa memberikan uang kepada pengamen, sementara pedagang tidak bisa berbuat banyak.

Ia berharap pemerintah atau dinas terkait bisa menciptakan solusi jangka panjang, termasuk menyediakan ruang khusus sebagai wadah kreativitas para pengamen.

“Kalau bisa dikasih wadah, biar kreativitasnya tersalurkan. Ngamennya tidak cuma sekadar ngamen, tapi betul-betul terwadahi. Tidak hanya diusir, tapi dirangkul. Misalnya dibuat kegiatan khusus, ‘Love Music Pengamen’ beberapa hari sekali. Mereka berinovasi, dan kota kita punya sesuatu yang bisa dibanggakan,” tambahnya.

Hilmi juga menyebut sebagian pengamen berasal dari luar Trenggalek dan menggunakan alat musik sederhana. Hingga saat ini, ia belum pernah melihat ada penertiban resmi dilakukan oleh petugas di area tersebut.