SUARA TRENGGALEK – Musim kemarau basah yang melanda Kabupaten Trenggalek berdampak signifikan terhadap sektor pertanian. Sedikitnya 400 hektare sawah terdampak banjir, dengan 29 hektare di antaranya mengalami puso.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek, Imam Nurhadi menyampaikan bahwa kondisi cuaca saat ini ditandai dengan pagi cerah dan hujan pada sore hingga malam hari. Pola ini berpengaruh besar terhadap pertanian, baik dari sisi risiko banjir maupun potensi peningkatan produktivitas.
“Kita masih dihadapkan pada iklim kemarau basah. Ini sangat berkaitan dengan dunia pertanian,” ujar Imam, Selasa (1/7/2025).
Imam juga menerangkan lahan terdampak banjir tersebar di tujuh kecamatan, yakni Trenggalek, Pogalan, Gandusari, Durenan, Watulimo, Panggul, dan Munjungan. Sebagian besar lahan yang terendam berada pada fase pembibitan.
“Kami bantu bibit padi bagi yang terdampak. Kebetulan waktu itu masih uritan,” tambah Imam.
Dituturkan Imam, pihaknya juga mewaspadai serangan hama yang menyerang lahan pasca-banjir. Jenis hama yang diwaspadai antara lain wereng, sundep, dan potong leher.
“Sudah kami lakukan pengamatan dan gerakan pengendalian di beberapa titik. Untuk potong leher, karena sifatnya harus preventif, perlu penanganan sejak awal,” ujarnya.
Meski demikian, menurut Imam kemarau basah juga membuka peluang peningkatan indeks pertanaman (IP). Imam menyebutkan bahwa pada Masa Tanam (MT) 2, sekitar 90 persen petani di Trenggalek masih menanam padi.
“Harapan kami di MT 3 nanti, petani tetap menanam padi. Sampai akhir 2025, IP diharapkan naik dari 2,1 menjadi 2,5,” tutupnya.