PERISTIWA

Trenggalek Itu Mana ?

×

Trenggalek Itu Mana ?

Sebarkan artikel ini
Pertumbuhan Ekonomi Trenggalek
Alun-Alun Kabupaten Trenggalek.

SUARA TRENGGALEKTrenggalek merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang dikenal dengan julukan “Kota Gaplek.”

Terletak di pesisir selatan Pulau Jawa, kabupaten ini tak hanya memiliki panorama alam yang memesona, terutama pantai-pantai indah, tetapi juga menyimpan sejarah panjang sejak masa prasejarah.

Dengan luas wilayah mencapai 1.261,40 kilometer persegi dan jumlah penduduk sebanyak 731.125 jiwa (data 2020), Trenggalek menjadi salah satu daerah penting di selatan Jawa Timur.

Jejak Sejarah Sejak Zaman Batu

Bukti permukiman manusia di Trenggalek telah ada sejak ribuan tahun lalu. Sejumlah artefak zaman batu besar seperti menhir, lumpang batu, batu dakon, hingga batu saji ditemukan tersebar di berbagai wilayah.

Temuan ini menjadi petunjuk adanya jejak nenek moyang yang menempuh jalur dari Pacitan menuju Wajak (Tulungagung) melalui sejumlah rute, seperti Panggul, Dongko, Karangan, hingga pesisir selatan Munjungan dan Prigi.

Menurut HR Van Keerkerken, Homo Wajakensis hidup pada masa Pleistosen, sementara manusia purba Pacitan diperkirakan hidup 8.000 hingga 23.000 tahun yang lalu. Artinya, wilayah Trenggalek sudah dihuni manusia sejak zaman prasejarah.

Meski begitu, penetapan awal mula pembentukan Kabupaten Trenggalek belum bisa dipastikan karena artefak-artefak tersebut tidak memuat tulisan.

Titik terang sejarah administratif muncul setelah ditemukannya Prasasti Kamsyaka (929 M) yang menyebut adanya daerah-daerah perdikan seperti Kampak dan Dawuhan, yang kini termasuk dalam wilayah Trenggalek.

Prasasti Kamulan yang diterbitkan oleh Raja Kertajaya dari Kediri bahkan memuat informasi tanggal, bulan, dan tahun secara lengkap. Inilah yang kemudian dijadikan dasar penetapan Hari Jadi Kabupaten Trenggalek.

Perjalanan Panjang Pemerintahan Trenggalek

Dalam perjalanannya, wilayah administratif Trenggalek mengalami banyak perubahan. Pada masa Perjanjian Giyanti (1755), sebagian besar wilayah Trenggalek (kecuali Panggul dan Munjungan) berada di bawah Bupati Ponorogo yang tunduk pada Kasunanan Surakarta.

Sementara itu, Panggul dan Munjungan masuk dalam wilayah Bupati Pacitan di bawah Kesultanan Yogyakarta.

Saat Inggris menguasai Jawa (1812–1816), wilayah Pacitan (termasuk Panggul dan Munjungan) ikut di bawah kendali Inggris sebelum diserahkan kembali ke Belanda pada 1816.

Setelah Perang Diponegoro (1830), Trenggalek—termasuk Panggul dan Munjungan—berada di bawah kendali Pemerintah Hindia Belanda.

Namun, pada tahun 1923, pemerintah kolonial menghapus status administratif Kabupaten Trenggalek, kemungkinan karena dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi.

Wilayahnya kemudian dipecah: sebagian masuk ke Kabupaten Pacitan dan sebagian lain ke Kabupaten Tulungagung.

Baru pada 1950, dengan berlakunya UU Nomor 12 Tahun 1950, Kabupaten Trenggalek kembali diakui sebagai satu entitas administratif dalam struktur Pemerintah Republik Indonesia.

Salah satu tokoh penting di masa kolonial adalah Bupati Mangoen Negoro II atau dikenal sebagai Kanjeng Jimat, seorang pemimpin bijaksana yang dimakamkan di Desa Ngulankulon, Kecamatan Pogalan. Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan utama di Trenggalek.

Dengan kekayaan sejarah, budaya, dan alamnya, Trenggalek bukan sekadar “Kota Gaplek” – tapi juga kota yang menyimpan warisan berharga dari masa lalu hingga kini.