PERISTIWA

Ternyata Trenggalek Belum Miliki Masterplan Irigasi untuk Cegah Banjir

×

Ternyata Trenggalek Belum Miliki Masterplan Irigasi untuk Cegah Banjir

Sebarkan artikel ini
Irigasi Trenggalek
Proses perbaikan irigasi di seputaran kota di Kabupaten Trenggalek.

SUARA TRENGGALEK Kabupaten Trenggalek hingga kini belum memiliki masterplan atau rencana induk sistem irigasi sebagai upaya penanggulangan banjir. Hal itu terungkap dalam rapat kerja Komisi III DPRD Trenggalek bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) setempat.

Ketua Komisi III DPRD Trenggalek, Wahyudianto mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi tersebut. Menurutnya, curah hujan tinggi yang terjadi selama satu hingga satu setengah jam sudah cukup menyebabkan genangan bahkan banjir di wilayah perkotaan.

“PUPR menyampaikan bahwa kita belum punya masterplan atau site plan terkait irigasi. Ini sudah kami bahas kemarin dalam rapat bersama. Kami mendorong agar Detail Engineering Design (DED) untuk masterplan wilayah perkotaan ini bisa segera diselesaikan,” ujar Wahyudianto, Minggu (20/7/2025).

Ia menambahkan, wilayah kota Trenggalek yang letaknya lebih rendah dari daerah sekitarnya kerap menjadi titik tumpuan aliran air dari kawasan pegunungan. Tanpa sistem drainase yang terintegrasi, wilayah tersebut rentan banjir saat hujan deras turun.

“Curah hujan tinggi dan kontur wilayah membuat air dengan cepat masuk ke wilayah kota. Maka, kami minta Dinas PUPR segera menyusun perencanaan penanganan irigasi secara menyeluruh,” tegasnya.

Wahyudianto juga menyoroti pembangunan jalan yang tidak disertai saluran drainase. Menurutnya, hal ini menjadi salah satu penyebab kerusakan infrastruktur karena air tidak memiliki jalur aliran yang tepat.

“Ketika membangun jalan, irigasi atau saluran air di sampingnya belum dipersiapkan. Ini menyebabkan infrastruktur cepat rusak karena terbawa arus,” jelasnya.

Terkait kualitas pembangunan infrastruktur, Wahyudianto menyatakan optimismenya dengan penggunaan sistem e-katalog dalam pengadaan proyek. Menurutnya, sistem ini lebih menjamin mutu dibandingkan proses lelang konvensional yang turun hingga 20 persen dari pagu.

“Mulai tahun ini kita pakai e-katalog dibeberapa kegiatan, bukan sistem lelang. Harapannya kualitas pekerjaan lebih baik karena tidak ada lagi proses tawar-menawar yang berpotensi menurunkan mutu,” pungkasnya.