PERISTIWA

Tren Nama Bayi Unik Selama Pandemi COVID-19, dari India hingga Indonesia

×

Tren Nama Bayi Unik Selama Pandemi COVID-19, dari India hingga Indonesia

Sebarkan artikel ini
Covid-19
Istimewa

SUARA TRENGGALEKPandemi COVID-19 sejak 2019 tidak hanya mengubah pola hidup masyarakat, tetapi juga memengaruhi tren pemberian nama bayi.

Sejumlah orang tua di berbagai negara memberi nama anak mereka dengan istilah yang terinspirasi langsung dari situasi pandemi, mulai dari Covid, Corona, hingga Lockdown.

India: Dari Covid hingga Lockdown

Di India, fenomena ini cukup menonjol. Pada Maret 2020, pasangan di Chhattisgarh menamai anak kembar mereka Covid (laki-laki) dan Corona (perempuan).

Di Uttar Pradesh, seorang ayah menamai anaknya Sanitiser, sementara pasangan di Rajasthan memberi nama Lockdown pada putranya. Nama lain seperti Corona Kumar dan Corona Kumari juga muncul untuk menghapus stigma terhadap virus.

Filipina: Kombinasi Virus dan Budaya Pop

Di Filipina, kreativitas orang tua juga terlihat. Nama Covid Bryant muncul sebagai gabungan antara COVID dan mendiang legenda basket Kobe Bryant. Ada pula nama unik seperti Coviduvidapdap, Covid Marie, dan Covid Lorraine, yang sempat viral di media sosial.

Indonesia: Vairus hingga Karantina Covidah

Di Indonesia, Direktorat Jenderal Dukcapil mencatat beberapa nama bayi unik yang resmi terdaftar. Di antaranya Vairus Abdul Covid, Siva Korona, Karantina Covidah Corona, hingga Alvaksino. Ada pula nama gabungan Islami dan istilah pandemi, seperti Muhammad Caesar Al Covid, Covid Hidayat, serta nama terkait protokol kesehatan seperti Maska Yudistira.

Tren di Negara Barat

Di Inggris dan Amerika Serikat, tren lebih halus dengan memilih nama bermakna positif seperti Phoenix (bangkit), Eloise (sehat), atau Amal (penolong). Nama-nama bernuansa alam seperti River dan Wilder juga meningkat popularitasnya selama masa lockdown.

Antara Kreativitas dan Kontroversi Covid-19

Fenomena nama bayi pandemi menuai pro dan kontra. Sebagian orang tua menganggapnya sebagai pengingat sejarah dan ketangguhan, sementara pihak lain menilai berpotensi menimbulkan stigma atau bullying bagi anak di masa depan.

Meski tren ini kini mulai mereda seiring berakhirnya pandemi, nama-nama tersebut tetap menjadi catatan unik dalam sejarah budaya global.