SUARA TRENGGALEK – Primbon Pal Srigati dikenal sebagai salah satu warisan budaya Jawa yang berfungsi meramalkan rezeki dan nasib seseorang berdasarkan weton atau kombinasi hari lahir dan pasaran Jawa.
Berbeda dengan primbon lain yang mencakup jodoh maupun hari baik, Pal Srigati fokus pada prediksi keberuntungan dalam siklus kehidupan.
Primbon ini memiliki akar sejarah sejak masa Kerajaan Mataram Kuno. Istilah pal berarti pedoman, sedangkan srigati bermakna kebijaksanaan.
Primbon yang awalnya ditulis di lontar dan diwariskan turun-temurun ini diyakini sebagai panduan spiritual untuk menjaga keseimbangan hidup.
Menghitung Pal Srigati
Dasar perhitungan Pal Srigati adalah weton dan neptu. Nilai neptu diperoleh dari penjumlahan angka hari (Minggu–Sabtu) dan pasaran Jawa (Legi–Kliwon).
Misalnya, Rabu Wage bernilai 11 dari penjumlahan 7 (Rabu) dan 4 (Wage). Angka tersebut kemudian dicocokkan dengan tabel Pal Srigati yang berisi ramalan siklus rezeki hingga usia lanjut.
Primbon ini memiliki empat fungsi utama, yakni memprediksi rezeki, memberi panduan dalam pengambilan keputusan, menjaga harmoni dengan alam, serta melestarikan warisan budaya Jawa.
Dalam praktiknya, hasil ramalan digunakan sebagai pedoman menghadapi periode sulit maupun peluang keberuntungan.
Contoh Prediksi Pal Srigati
Beberapa contoh prediksi dalam Pal Srigati antara lain Selasa Pon diyakini melahirkan pribadi tekun dan sukses di masa tua, Jumat Pahing dikaitkan dengan rezeki yang datang dari hobi.
Sementara Rabu Legi disebut memiliki keberuntungan khusus, termasuk di bulan September 2024.
Meski sebagian kalangan menilai primbon ini tidak sesuai dengan logika modern, banyak masyarakat Jawa masih menjadikannya pegangan hidup.
Bagi penganutnya, Pal Srigati bukan sekadar ramalan, tetapi cerminan kearifan lokal yang menekankan pentingnya usaha, doa, dan kerja keras dalam menghadapi pasang surut kehidupan.









