SUARA TRENGGALEK – Hama wereng coklat menyerang sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Trenggalek akibat perubahan iklim kemarau basah.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapan) Trenggalek, Imam Nurhadi, menyebut kondisi cuaca hujan malam hari dan panas pada siang hari meningkatkan potensi perkembangan wereng.
“Karakteristik wereng coklat bisa bertelur 200 sampai 900 butir. Kalau iklimnya cocok, semuanya bisa menetas. Itu yang sekarang terjadi di Trenggalek,” kata Imam, Minggu (17/8/2025).
Sawah Gagal Panen di Trenggalek
Ia menyebut serangan hama wereng berdampak signifikan. Tercatat sekitar 10 hektare sawah mengalami puso atau gagal panen 100 persen. Serangan terparah terjadi di Kecamatan Gandusari dan Kampak, sementara potensi serangan saat ini masih ada di wilayah Durenan.
“Wereng itu kalau tidak ditangani selama 3 hari, satu rumpun dengan 200 ekor bisa habis, gagal panen sampai 100 persen,” jelasnya.
Imam menegaskan petani dan petugas lapangan diminta rutin turun langsung ke sawah untuk memantau kondisi tanaman. Jika ditemukan lebih dari 20 ekor wereng per rumpun, wajib dilakukan penyemprotan dengan pestisida kimia.
Sementara jika jumlahnya masih sedikit, dapat digunakan pestisida organik. “Begitu ada serangan, langsung laporkan ke penyuluh setempat agar dilakukan gerakan pengendalian serentak,” ujarnya.
Produksi Padi di Trenggalek Turun
Pihaknya juga mengatakan telah mendapatkan bantuan lebih dari satu ton pestisida dari Pemprov Jatim untuk mendukung pengendalian. Pestisida tersebut dibagikan gratis kepada petani melalui program gerakan pengendalian (Gerdal).
Menurut Imam, rata-rata produktivitas padi di Trenggalek biasanya mencapai 6,5–7 ton per hektare. Namun akibat serangan wereng, hasil panen turun menjadi 5–6 ton per hektare.
“Untuk musim tanam kedua memang lebih rawan karena bertepatan dengan musim kemarau. Selain wereng, kita juga harus waspada terhadap serangan jamur dan penyakit lain,” pungkasnya.