SUARA TRENGGALEK – Cuaca ekstrem yang melanda perairan selatan Kabupaten Trenggalek menyebabkan ratusan nelayan di Pelabuhan Prigi, Kecamatan Watulimo, terpaksa menghentikan aktivitas melaut.
Hal itu disebabkan oleh gelombang tinggi dan angin kencang yang terjadi dalam dua bulan terakhir dinilai membahayakan keselamatan mereka.
“Sementara di Teluk Prigi, cuaca memburuk sudah empat bulan. Yang paling ekstrem dua bulan terakhir ini, semua tidak bisa melaut,” ujar Mamat, salah satu nelayan Prigi, Senin (7/7/2025).
Menurut Mamat, gelombang di perairan selatan Samudera Hindia bisa mencapai ketinggian 4 hingga 5 meter. Kondisi ini sangat menyulitkan, terutama karena saat ini seharusnya merupakan puncak musim ikan.
“Seharusnya bulan-bulan ini musim ikan dan panen raya. Tapi karena cuaca ekstrem, akhirnya tidak bisa bekerja menangkap ikan di Prigi,” jelasnya.
Ia mengungkapkan bahwa pada bulan Maret hingga April cuaca mulai memburuk, namun saat itu belum memasuki musim ikan. Ikan baru mulai muncul pada Mei dan semakin banyak pada Juni, yang biasanya menjadi masa panen bagi nelayan.
Mamat menyebutkan, terdapat sedikitnya 137 kapal jenis purse seine di Prigi yang tak beroperasi. Belum termasuk kapal tonda dan nelayan pancing ulur yang juga terdampak.
“Ada ratusan bahkan ribuan nelayan yang terdampak. Semua tidak bisa melaut,” katanya.
Lebih lanjut, Mamat mengkhawatirkan kondisi sosial ekonomi para nelayan. Sebagian dari mereka tidak memiliki pekerjaan alternatif, sehingga hanya bisa menganggur selama cuaca buruk berlangsung.
“Sebagian nelayan memang masih punya pertanian, jadi bisa bekerja. Tapi yang lain kan menganggur,” pungkasnya.