BUDAYA

Ciri Kepribadian Berdasarkan Neptu dan Pasaran Jawa Menurut Primbon

×

Ciri Kepribadian Berdasarkan Neptu dan Pasaran Jawa Menurut Primbon

Sebarkan artikel ini
Weton dan neptu jawa
Istimewa

SUARA TRENGGALEK – Dalam budaya Jawa, hari kelahiran atau weton dipercaya mencerminkan watak, nasib, dan perjalanan hidup seseorang.

Weton merupakan gabungan antara hari dalam seminggu (dino) dan pasaran Jawa (Pancawara) yang dihitung melalui nilai neptu.

Neptu adalah angka sakral yang diberikan pada setiap hari dan pasaran. Nilai ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh total weton yang diyakini menggambarkan karakter dasar seseorang.

Konsep ini tercatat dalam kitab Primbon Jawa seperti Serat Betaljemur Adammakna dan Serat Pawukon.

Neptu dan Pasaran Jawa

Tabel Neptu Hari (Saptawara):

  • Minggu (5), Senin (4), Selasa (3), Rabu (7), Kamis (8), Jumat (6), Sabtu (9).

Tabel Neptu Pasaran (Pancawara):

  • Legi (5), Pahing (9), Pon (7), Wage (4), Kliwon (8).

Contohnya, seseorang lahir pada Selasa Wage memiliki neptu 7 (Selasa 3 + Wage 4), yang disebut Lakune Bumi.

Kepribadian Menurut Neptu dan Pasaran

Menurut Primbon, pasaran lahir juga memengaruhi watak bawaan:

  • Legi: berwibawa, jujur, dermawan, tapi cenderung boros.
  • Pahing: berani, ambisius, keras kepala, pandai berdagang.
  • Pon: setia, pekerja keras, namun mudah terprovokasi.
  • Wage: penyabar, cerdas finansial, tetapi suka menyimpan dendam.
  • Kliwon: kuat spiritual, dermawan, tetapi keras hati.

Sementara itu, total neptu weton (7–18) dianggap menentukan jalan hidup seseorang. Misalnya:

  • Neptu 7 (Lakune Bumi): suka bergaul, tetapi malas bekerja.
  • Neptu 10 (Lakune Angin): pendiam, cerdas, dermawan.
  • Neptu 14 (Lakune Padu): berkarisma, tegas, dekat dengan keluarga.
  • Neptu 18 (Lakune Paripurna): dominan, berambisi, dan haus kuasa.

Watak ini bukanlah takdir mutlak, melainkan pedoman untuk mengenali kekuatan dan kelemahan diri. Primbon menekankan pentingnya ikhtiar dan doa agar setiap individu dapat menyeimbangkan karakter bawaan.

Tradisi perhitungan weton hingga kini masih digunakan masyarakat Jawa, baik untuk mencari hari baik, mencocokkan jodoh, maupun sebagai sarana introspeksi diri. Dirangkum dari berbagai sumber.