SUARA TRENGGALEK – Kabupaten Trenggalek akan memasuki usia ke-831 pada 31 Agustus 2025. Namun hingga kini, asal-usul dan makna harfiah nama Trenggalek masih menjadi misteri karena belum ada sumber sejarah yang bisa memastikan kebenarannya.
Ketua Pemerhati Sejarah Trenggalek (PESAT), Harmaji menyebut nama Trenggalek pernah tercantum dalam Serat Centhini yang memuat perjalanan tokoh Syekh Among Rogo. Dalam naskah klasik Jawa itu, disebutkan sejumlah toponimi yang berkaitan dengan Trenggalek.
“Dalam Serat Centhini memang disebutkan beberapa toponomi yang berhubungan dengan Trenggalek. Misalnya ada kata-kata Trenggalek Wulan, lalu ada juga penyebutan beberapa desa seperti Tegaren, Gunung Bayang Kaki, dan lainnya,” ujar Harmaji, Sabtu (30/8/2025).
Meski demikian, menurutnya penyebutan dalam Serat Centhini belum bisa dijadikan rujukan sejarah. Naskah tersebut lebih dipandang sebagai karya sastra, bukan sumber sejarah primer.
“Kalau dari sisi historisitas, kita belum bisa mempertanggungjawabkan bahwa Serat Centhini adalah rujukan ilmiah terkait asal-usul Trenggalek. Apalagi naskah itu lebih dekat pada karya sastra, bisa fiksi atau semi-fiksi,” jelasnya.
Harmaji membandingkan Serat Centhini dengan Negarakertagama karya Mpu Prapanca yang ditulis pada zamannya. Menurutnya, Negarakertagama lebih bisa dijadikan sumber sejarah karena memiliki validitas historis.
“Kalau Negarakertagama jelas bisa dipertanggungjawabkan secara historis karena ditulis pada zamannya. Sedangkan Serat Centhini belum bisa diposisikan seperti itu,” imbuhnya.
Ia menegaskan, kajian sejarah tentang asal-usul nama Trenggalek perlu terus dilakukan agar identitas dan akar historis daerah bisa dipahami secara utuh.











