SUARA TRENGGALEK – Prasasti Kampak yang saat ini tersimpan di Museum Nasional dipastikan tidak dapat dikembalikan ke Kabupaten Trenggalek.
Meski demikian, pihak Museum Nasional membuka peluang peminjaman prasasti tersebut untuk kegiatan tertentu di daerah, seperti event kebudayaan atau pameran.
Kepastian itu disampaikan Ketua DPRD Trenggalek, Doding Rahmadi usai melakukan kunjungan langsung ke Museum Nasional untuk memastikan kondisi dan sistem penyimpanan Prasasti Kampak.
“Beberapa waktu lalu kami menyempatkan diri mengunjungi Museum Nasional. Intinya kami ingin memastikan bagaimana kondisi Prasasti Kampak, karena di Museum Nasional itu koleksinya terus bertambah. Alhamdulillah, kondisi Prasasti Kampak bagus,” ujar Doding.
Ia menjelaskan, Prasasti Kampak tidak disimpan di gedung utama Museum Nasional, melainkan berada di gudang penyimpanan khusus milik Museum Nasional yang berlokasi di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
“Penyimpanannya ada di gudang Museum Nasional, bukan di gedung utama. Gudang penyimpanannya sangat bagus, sehingga prasasti tersebut sangat aman dan terjaga,” jelasnya, Sabtu (20/12/2025).
Menurut Doding, Prasasti Kampak memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi Trenggalek. Bersama Prasasti Kamulan, artefak ini menjadi salah satu prasasti besar yang merekam perjalanan sejarah daerah.
“Prasasti kita yang besar itu ada dua, yakni Prasasti Kamulan dan Prasasti Kampak. Karena itu kami ingin memastikan kondisinya,” katanya.
Doding mengakui, sebagian masyarakat Trenggalek, khususnya pemerhati budaya, berharap Prasasti Kampak bisa dikembalikan ke daerah.
Namun, harapan tersebut sulit diwujudkan karena prasasti kampak tersebut telah lama menjadi koleksi Museum Nasional.
“Kalau sudah menjadi koleksi Museum Nasional, tidak semudah itu untuk dikembalikan. Itu sudah menjadi milik museum,” tegasnya.
Ia menambahkan, pihak Museum Nasional juga memiliki kekhawatiran terkait risiko kerusakan apabila prasasti dipindahkan ke daerah.
“Alasannya karena sudah lama menjadi milik Museum Nasional dan ada kekhawatiran terjadi hal-hal yang tidak diinginkan jika dibawa ke daerah,” ujarnya.
Meski demikian, Doding juga mendorong solusi alternatif agar masyarakat tetap dapat mengenal dan mengakses nilai sejarah Prasasti Kampak. Salah satunya dengan pembuatan replika.
“Kami sudah berdiskusi. Dari Museum Nasional tidak masalah jika Trenggalek membuat replika Prasasti Kampak. Bahkan untuk event atau kegiatan tertentu, prasasti aslinya juga bisa dipinjamkan,” pungkas Doding.











