PERISTIWA

7 Warga Trenggalek Meninggal Dunia Akibat Bencana Alam

×

7 Warga Trenggalek Meninggal Dunia Akibat Bencana Alam

Sebarkan artikel ini
BPBD Trenggalek
Kalaksa BPBD Trenggalek saat menunjukkan titik lokasi longsor di Desa Depok.

SUARA TRENGGALEK – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek mencatat sebanyak tujuh korban jiwa akibat bencana alam yang melanda wilayah tersebut beberapa waktu terakhir.

Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek, Triadi Atmono menjelaskan bahwa enam orang meninggal dunia akibat tertimbun longsor di Desa Depok, Kecamatan Bendungan dan satu anak berusia enam tahun berinisial MH, meninghal setelah terseret arus sungai di Kecamatan Munjungan.

“Alhamdulillah, berkat bantuan tim SAR gabungan, seluruh korban tanah longsor sudah ditemukan dan langsung dimakamkan. Korban yang terseret arus di Munjungan juga telah ditemukan,” kata Triadi, Mingggu (25/5/2025).

Enam korban longsor yang ditemukan terdiri dari satu keluarga, yakni Misinem (82), Yatemi (65), Yatini (50), Tulus (65), Nitin (36), dan seorang balita bernama Torik (2). Dua jenazah pertama ditemukan pada hari keempat pencarian, sementara empat lainnya ditemukan pada hari keenam.

Triadi menambahkan, saat ini pihaknya terus mengimbau warga untuk siaga menghadapi cuaca ekstrem. Sesuai prediksi BMKG, Indonesia tengah mengalami kemarau basah yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.

“Prioritas utama adalah keselamatan jiwa. Bila ada tanda-tanda seperti retakan tanah atau gerakan tanah, kami minta warga segera mengungsi ke tempat aman, bisa ke balai desa atau fasilitas umum lainnya,” ujarnya.

Ia juga memaparkan, berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Trenggalek, bencana banjir tercatat terjadi di 19 titik pada 16 desa di 6 kecamatan. Sementara tanah longsor tercatat di 34 titik yang tersebar di 19 desa.

Triadi juga mengungkapkan, tim dari Universitas Brawijaya telah melakukan kajian laboratorium terkait tanah di lokasi terdampak, namun hasilnya masih dalam proses analisis.

“Kami masih menunggu hasil kajian tersebut. Karena lokasi longsor sporadis, maka proses penelitiannya juga butuh waktu,” tutupnya.