SUARA TRENGGALEK – Terlihat kapal besar sering melintas di wilayah pesisir Kabupaten Trenggalek. Ternyata kapal itu milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang.
Kapal tersebut kini tengah melaksanakan Survei Seismik Laut 2D di perairan selatan Jawa Timur. Survei itu untuk memetakan potensi minyak dan gas bumi (migas).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek, Cusi Kurniawati mengatakan survei berlangsung selama dua bulan, sejak akhir Oktober hingga Desember 2025.
“Nama surveinya adalah survei seismik 2D, dilakukan oleh Pertamina Hulu Energi atau PHE Jambi Merang,” tutur Cusi, Jumat (3/10/2025).
Cusi juga menerangkan jika tujuan survei itu untuk menggali potensi migas di Jawa Timur bagian tenggara. Wilayah yang dipetakan itu mulai dari Pacitan sampai Lumajang, di laut lepas pantai.
Ia juga menjelaskan, kegiatan ini menggunakan kapal besar bernama Discover Booth yang menarik dua kapal pendukung untuk mengitari area laut sesuai jalur pemetaan.
“Kapal tersebut akan bolak-balik mengambil data di wilayah yang telah ditentukan. Kalau di Trenggalek juga dilaksanakan secara terpadu, dimulai akhir Oktober,” ujarnya.
Selama survei, Cusi mengungkapkan jika rumpon milik nelayan yang berada di jalur lintasan kapal tersebut dibersihkan agar proses pengambilan data tidak terganggu.
“Kalau melewati jalur-jalur itu dan ada rumpon, harus dibersihkan supaya tidak mengganggu proses survei,” ucap Cusi.
Namun demikian, Cusi menambahkan jika pertamina juga sudah menyiapkan kompensasi bagi nelayan apabila rumpon mereka rusak atau tidak bisa digunakan.
Menurutnya, pihak pertamina dan nelayan telah menyepakati mekanisme pemberian kompensasi.
Jenis kapal seperti tonda, slerek, maupun purse seine yang memiliki rumpon di jalur lintasan juga mendapat perhatian.
“Antara nelayan dan pertamina sudah ada perhitungan sendiri. Yang penting, kerugian nelayan akibat rusaknya rumpon mendapat kompensasi,” tambahnya.
Cusi memperkirakan jumlah rumpon terdampak di perairan Trenggalek mencapai 100 hingga 200 unit, tersebar di sepanjang pesisir barat hingga timur, dengan titik padat di Kecamatan Watulimo, Munjungan dan Panggul.
Lebih lanjut, Cusi menjelaskan survei 2D ini merupakan tahap awal eksplorasi migas. Hasil pemetaan akan menjadi dasar untuk pengembangan survei tiga dimensi (3D) di masa mendatang.
“Pemetaan ini pasti dilakukan karena sudah ada potensi yang diindikasikan. Dari survei 2D ini nanti akan berkembang menjadi survei 3D, dan prosesnya bisa memakan waktu tiga sampai empat tahun,” tutupnya.











