SUARA TRENGGALEK – Seorang santri berusia 13 tahun dari salah satu pondok pesantren di Kabupaten Trenggalek meninggal dunia setelah menjalani perawatan medis di RSUD dr Soedomo, Rabu (3/9/2025).
Santri berinisial Z itu sebelumnya dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kesehatan yang memprihatinkan. Santri tersebut meninggal usai menjalani operasi.
Dari informasi yang dihimpun dari tim redaksi, santri tersebut berangkat dari salah satu pondok pesantren yang ada di Trenggalek menuju ke rumah sakit untuk berobat.
Humas RSUD dr Soedomo, Sujiono, menjelaskan pasien datang pada 1 September 2025 dengan keluhan panas selama tiga hari dan sesak napas. Dalam pemeriksaan, pasien ditangani langsung oleh dua dokter.
“Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan eksositosis lebih dari 72.000 dan perut dalam kondisi keras. Pasien ditangani dua dokter spesialis anak dan satu dokter spesialis bedah,” ujarnya, Senin (8/9/2025).
Menurut Sujiono, pihak medis telah melakukan operasi penyelamatan, namun pasien meninggal dunia pada 3 September 2025. Ia menegaskan, hasil pemeriksaan tidak menemukan tanda kekerasan.
“Murni meninggal karena sakit. Saat operasi juga ditemukan infeksi usus,” jelasnya.
Sujiono menambahkan, keluarga pasien hanya menyampaikan riwayat demam selama tiga hari, sementara dari pemeriksaan darah kondisi penyakit yang diderita sudah berkelanjutan.
Meninggalnya santri itu sempat dikaitkan dengan isu kekerasan. Namun, pihak RSUD dr Soedomo membantah informasi tersebut berdasarkan rekam medis pasien.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Trenggalek, Nur Ibadi menyatakan pihaknya akan melakukan konsolidasi terkait peristiwa ini.
Sementara itu, Ketua GMNI Trenggalek, Moch. Shodiq Fauzi menyampaikan keprihatinannya dan menilai ada kelalaian dalam pengawasan kesehatan santri di pondok pesantren.
“Kami melihat ada abai dalam pengawasan santri, bahkan kami menduga Kemenag Trenggalek belum mengambil langkah soal fasilitasi kesehatan untuk santri,” katanya.











