PERISTIWA

Program Sarinah Trenggalek, Kelola Sampah Menuju Penguatan Ketahanan Pangan

×

Program Sarinah Trenggalek, Kelola Sampah Menuju Penguatan Ketahanan Pangan

Sebarkan artikel ini
Trenggalek
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek, Imam Nurhadi saat menyampaikan progres program sarinah.

SUARA TRENGGALEK – Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek mendorong peran perempuan dalam pengelolaan sampah organik dan penguatan ketahanan pangan rumah tangga melalui program Perempuan Sarinah (Selesaikan Sampah Organik dan Limbah).

Launching Program Perempuan Sarinah ini dihadiri Anggota DPR RI, Novita Hardini bertempat di Kelompok Wanita Tani (KWT) Maju Bersama, Desa Karangsoko, Kecamatan Trenggalek.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Imam Nurhadi, mengatakan program Perempuan Sarinah merupakan upaya konkret menjawab persoalan sampah rumah tangga, khususnya sampah organik, yang volumenya cukup tinggi di masyarakat.

“Konsep besarnya, Sarinah itu artinya selesaikan sampah organik dan limbah. Hari ini kita menghadapi problematika sampah, baik organik, non-organik, maupun limbah lain yang tidak bisa diolah. Maka kita pilah dan bagi perannya,” ujar Imam, Minggu (21/12/2025).

Menurut Imam, pengelolaan sampah dilakukan secara terstruktur. Sampah non-organik seperti plastik diarahkan ke program yang melibatkan anak sekolah, di antaranya melalui sangu sampah. Minyak jelantah dikelola oleh ibu-ibu PKK, sementara sampah organik ditangani oleh kelompok wanita tani.

“Untuk sampah organik rumah tangga, termasuk dari dapur MBG, warung, hingga industri kecil, nanti dikelola KWT menjadi pupuk organik cair maupun pupuk organik padat,” jelasnya.

Ia menegaskan, sebagian besar anggota KWT sudah memiliki kemampuan dasar dalam mengolah sampah organik, meski tetap dilakukan pendampingan oleh penyuluh pertanian.

Hal ini dinilai penting mengingat kebutuhan pupuk organik di masyarakat cukup tinggi, baik untuk lahan sawah maupun pekarangan.

“Harapannya, pupuk organik ini bisa dimanfaatkan sendiri dan juga diambil petani sekitar. Kita sediakan gratis, hanya saja kalau petani berkenan, bisa menyumbang seikhlasnya agar kegiatan ini berkelanjutan,” tambah Imam.

Selain pengelolaan sampah, program ini juga diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga.

Menurut Imam, ketahanan pangan rumah tangga menjadi isu penting dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Sementara itu, Ketua KWT Maju Bersama Desa Karangsoko, Sintowati, menuturkan kelompoknya saat ini aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi perempuan.

Anggota KWT diwajibkan menanami pekarangan rumah dengan berbagai jenis sayuran.

“Yang ditanam bayam, kangkung, sawi, bawang merah, kenikir, dan sayur lainnya. Alhamdulillah hasilnya bagus,” kata Sintowati.

Ia mengungkapkan, produksi sayuran bisa mencapai 200 hingga 300 ikat per hari, terutama menjelang bulan puasa dan Lebaran. Pada momen tersebut, harga sayuran meningkat hingga Rp 3.000-Rp 4.000 per ikat.

“Pas malam Lebaran pertama, penghasilan bisa sampai Rp 1,5 juta hingga Rp 1,7 juta,” ungkapnya.

Terkait pengolahan pupuk, Sintowati menyebut kegiatan tersebut baru mulai dijalankan. Sampah organik seperti sisa masakan dan hasil pembersihan pekarangan dikumpulkan untuk diolah menjadi pupuk padat.

“Nanti kalau sudah terurai dan jadi pupuk, kita ambil untuk kebutuhan sayur di pekarangan,” pungkasnya.