SUARA TRENGGALEK – Tekad kuat dan semangat menabung perlahan namun konsisten akhirnya membawa Sarinah (75), warga RT 12 RW 4 Dusun Duwet, Desa Ngetal, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek, mewujudkan impiannya berangkat ke Tanah Suci tahun ini.
Setelah pensiun sebagai staf tata usaha di SMK Karya Dharma, Karangsoko, Trenggalek, pada 2007 silam, Sarinah memulai usaha kecil menjual jamu tradisional dan makanan ringan. Dari usaha itulah ia menyisihkan penghasilannya demi bisa menunaikan rukun Islam kelima.
“Ingin berangkat haji karena itu ibadah,” ujar Sarinah saat ditemui, Selasa (29/4/2025).
Setiap harinya, Sarinah menjual makanan ringan seperti keripik tempe, keripik pisang, dan keripik mbote (ubi talas) yang dikemas ulang menjadi ukuran kecil. Barang dagangan itu ia jajakan ke sejumlah instansi di Trenggalek, di antaranya Polres Trenggalek, DPRD, BPS, Dinas PU, hingga Rutan Kelas IIB Trenggalek.
Dari harga jual Rp 5.000 per bungkus, ia meraup untung Rp 2.000. Dalam sehari, ia rata-rata menjual 40 bungkus makanan ringan dan 5-6 sachet jamu tradisional.
Rutinitasnya dimulai sejak subuh. Anak perempuannya yang bekerja sebagai guru SD mengantarnya lebih awal ke kota agar tidak terlambat masuk sekolah. Sarinah pun kerap tiba sebelum kantor-kantor buka.
Ia kemudian menyusuri ruangan demi ruangan menjajakan dagangannya, dan bila belum habis, ia berjalan kaki 1-3 kilometer ke instansi lain atau ke simpang tiga Hotel Widowati, Ngantru.
“Pulangnya sekitar jam 1 siang, naik bus dari pertigaan Hotel Widowati,” jelasnya.
Uang hasil dagang itulah yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit untuk mendaftar haji. Gaji pensiunnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
“Kalau pas laku banyak, saya sisihkan uangnya untuk menabung haji. Alhamdulillah saya pensiun tahun 2007, lalu tahun 2012 bisa daftar haji dan tahun ini berangkat,” tuturnya penuh syukur.
Kisah Sarinah menjadi inspirasi bahwa dengan tekad, kesabaran, dan kerja keras, impian besar bisa tercapai, bahkan dari usaha yang sederhana.