Poin penting
- Pendapatan RSUD Trenggalek Sulit Mencapai Target di 2025
- Hingga September pendapatan masih Rp 101 miliar dari target Rp 147 miliar
- DPRD mempertanyakan alasan turunnyabpendapatan, rakyat memang sehat atau enggan berobat
SUARA TRENGGALEK – Pendapatan RSUD di Kabupaten Trenggalek tahun 2025 diperkirakan sulit mencapai target Rp 147 miliar. Hal itu menjadi pertanyaan apakah masyarakat sehat atau enggan berobat ke RS daerah tersebut.
Ketua Komisi IV DPRD Trenggalek, Sukarodin menilai target pendapatan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedomo untuk tahun 2025 sulit tercapai.
Hingga September 2025, pendapatan rumah sakit baru mencapai sekitar Rp 101 miliar dari target Rp 147 miliar. Sehingga masih kurang 46 miliar untuk menuju target.
“Kelihatannya untuk mencapai 147 miliar di akhir tahun ini rasanya berat, karena masih kurang sekitar 46 miliar, sementara waktunya tinggal tiga bulan,” ujar Sukarodin usai rapat kerja dengan Dinas Kesehatan, RSUD dr. Soedomo, dan RSUD Panggul, Jumat (17/10/2025).
Sukarodin juga menjelaskan, rapat tersebut semula dijadwalkan membahas rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), namun tertunda karena Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) belum merinci anggaran tiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Sebagai gantinya, Komisi IV DPRD Trenggalek menyoroti kinerja Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di sektor kesehatan. Sedangkan rapat membahas APBD 2026 akan diagendakan kembali.
Kembali disampaikan Sukarodin, jika mencermati hasil pendapatan di rumah sakit tersebut perlu dilakukan evaluasi mendalam terutama penyebab tidak tercapainya target pendapatan rumah sakit daerah.
“Kita perlu tahu, apakah masyarakat memang sehat sehingga tidak perlu berobat, atau justru enggan datang ke rumah sakit,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, jika Komisi IV akan menggelar rapat lanjutan untuk membahas Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) BLUD yang belum disertakan dalam pertemuan hari itu.
“Rapat berikutnya akan kita bahas detail. Kita akan lihat RKA-nya, memilah mana yang mendesak dan mana yang bisa ditunda. Apalagi posisi transfer daerah kita juga turun Rp 153 miliar, jadi harus pandai-pandai menentukan prioritas,” kata Sukarodin.
Meski belum menyampaikan temuan spesifik, Sukarodin berjanji akan mendalami kondisi pelayanan dan capaian kinerja rumah sakit daerah agar penggunaan anggaran lebih efektif dan tepat sasaran.