SUARA TRENGGALEK – Puasa Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah memenuhi syarat.
Salah satu unsur sah puasa adalah niat, yang wajib dilakukan di dalam hati sejak malam hari, mulai terbenam matahari hingga sebelum terbit fajar.
Niat puasa tidak harus diucapkan secara lisan karena tempat niat adalah di dalam hati. Namun, lafal niat yang biasa dibaca oleh umat Islam berfungsi sebagai pengingat dan penegasan bahwa seseorang telah berniat menjalankan puasa Ramadan.
Berikut enam lafal niat puasa Ramadan yang banyak dijadikan rujukan dalam berbagai kitab fikih klasik:
Pertama, lafal niat yang dikutip dari kitab Minhajut Thalibin dan Perukunan Melayu:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta’ala.”
Kedua, lafal niat yang termaktub dalam kitab Asna Mathalib:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta’ala.”
Ketiga, lafal niat yang dikutip dari kitab Hasyiyatul Jamal dan Irsyadul Anam:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta’ala.”
Keempat, lafal niat yang lebih singkat sebagaimana tercantum dalam kitab I’anatut Thalibin:
نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ
Artinya: “Aku berniat puasa bulan Ramadan.”
Kelima, lafal niat lain dari kitab I’anatut Thalibin:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari pada bulan Ramadan.”
Keenam, lafal niat yang dikutip dari kitab Asnal Mathalib:
نَوَيْتُ صَوْمَ الْغَدِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ عَنْ فَرْضِ رَمَضَانَ
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari pada tahun ini sebagai kewajiban Ramadan.”
Para ulama menegaskan bahwa substansi niat terletak pada kesadaran dan ketetapan hati, bukan pada panjang atau pendeknya lafal yang dibaca.
Dengan niat yang benar, puasa Ramadan menjadi ibadah yang sah dan bernilai di sisi Allah SWT.











