PERISTIWA

Program Sarinah, Gagasan Novita Hardini Ajak Perempuan Trenggalek Olah Sampah Bernilai Ekonomi

×

Program Sarinah, Gagasan Novita Hardini Ajak Perempuan Trenggalek Olah Sampah Bernilai Ekonomi

Sebarkan artikel ini
Trenggalek
Novita Hardini saat memanen sayuran hasil budidaya KWT Maju Bersama yang diberi pupuk organik hasil limbah dan sampah.

SUARA TRENGGALEK – Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, meluncurkan Gerakan Perempuan ‘Sarinah‘ di Trenggalek, program tersebut berfokus pada pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan perempuan dan peningkatan ekonomi keluarga.

Program selesaikan sampah organik dan limbah ini digagas sebagai bentuk respons atas persoalan lingkungan sekaligus beban ekonomi masyarakat yang kian berat.

Novita yang juga Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Sarinah mengatakan, program Sarinah berawal dari keprihatinan terhadap kondisi lingkungan yang rawan bencana dan berdampak panjang terhadap ekonomi masyarakat.

“Kadang hujan kita anggap sebagai berkah, tapi juga bisa berubah menjadi banjir yang menimbulkan kerusakan dan dampak ekonomi berkepanjangan. Itu yang membuat saya merasa masyarakat tidak bisa tidur dengan tenang,” ujar Novita, Minggu (21/12/2025).

Ia menjelaskan, Gerakan Sarinah mengawinkan upaya penanganan lingkungan dengan peningkatan nilai ekonomi dari sampah. Para penggerak tidak disebut relawan, melainkan diposisikan sebagai pengusaha sampah.

“Dari gerakan ini harus ada sisi ekonominya,” tegas Ketua TP PKK Trenggalek yang dikenal ramah itu.

Program Sarinah juga dikolaborasikan dengan program Sangu Sampah milik Bupati Trenggalek, dengan fokus pada pengelolaan sampah nonorganik. Sasaran program meliputi anak sekolah, ibu rumah tangga, komunitas sepeda, PKK, serta Kelompok Wanita Tani (KWT).

Untuk menghindari tumpang tindih pengelolaan, Sarinah membagi peran secara jelas. Sampah rumah tangga dan jelantah dikelola ibu-ibu PKK, sampah elektronik ditangani komunitas sepeda yang bekerja sama dengan industri, sementara sampah pangan dikelola oleh KWT.

“Jelantah juga bisa menjadi sumber pendapatan ibu rumah tangga dan diawasi oleh PKK,” jelas Novita.

Selain pengelolaan sampah, Sarinah juga mendorong pemanfaatan pekarangan rumah sebagai lahan produktif. Setiap keluarga diharapkan menanam sayuran untuk kebutuhan sendiri, sehingga dapat menghemat pengeluaran.

“Saya bermimpi pekarangan tidak lagi jadi tanah kosong, tapi bisa membantu keluarga lebih berhemat,” katanya.

Hasil pengelolaan sampah organik tersebut menurutnya akan diolah menjadi pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk kemudian dibagikan kepada petani dengan sistem sukarela.

“Supaya tidak ada lagi isu pupuk mahal dan sulit dicari. Petani bisa mendapatkan pupuk dengan lebih mudah,” tambahnya.

Tujuan besar Gerakan Sarinah, lanjut Novita, adalah mewujudkan keadilan sosial dan meringankan beban hidup masyarakat.

“Saya ingin masyarakat bisa tidur lebih nyenyak, tidak lagi takut besok anaknya bisa sekolah atau keluarganya bisa makan,” pungkasnya.

Sementara itu, Sintowati, Ketua KWT Maju Bersama RT 12 RW 03 Desa Karangsoko menyebutkan bahwa kelompoknya kini beranggotakan 40 orang.

Kegiatan utama KWT meliputi simpan pinjam serta pemanfaatan pekarangan untuk menanam berbagai jenis sayuran.

“Setiap anggota wajib menanami pekarangan, supaya ada pemasukan bagi perempuan untuk membantu ekonomi rumah tangga,” tuturnya.

Sayuran yang ditanam antara lain bayam, kangkung, sawi, bawang merah, dan kenikir. Hasil panen dinilai cukup menjanjikan, terutama menjelang Ramadan dan Lebaran.

“Menjelang Lebaran, satu ikat bisa sampai Rp4.000. Malam Lebaran pertama bisa dapat Rp1,5 juta sampai Rp1,7 juta,” jelasnya.

Terkait produksi pupuk padat, Sintowati mengatakan saat ini masih tahap awal. Bahan berasal dari sisa masakan dan limbah pekarangan.

“Nanti kalau sudah terurai, pupuk padatnya kita gunakan untuk tanaman sayur di pekarangan,” tandasnya.