SUARA TRENGGALEK – Penyebaran kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Trenggalek sepanjang tahun 2025 tidak merata.
Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes Dalduk KB) Trenggalek mencatat, Kecamatan Trenggalek dan Kecamatan Bendungan menjadi wilayah dengan jumlah kasus DBD tertinggi.
Hingga 26 Desember 2025, masing-masing kecamatan tersebut mencatat 48 kasus DBD. Angka itu menjadikan Kecamatan Trenggalek dan Bendungan sebagai penyumbang kasus DBD terbanyak di Kabupaten Trenggalek sepanjang tahun ini.
Kepala Dinkes Dalduk KB Trenggalek, Sunarto, mengatakan tingginya kasus DBD di dua wilayah tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, di antaranya kepadatan penduduk serta kondisi lingkungan yang berpotensi menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.
“Kecamatan Trenggalek dan Bendungan tercatat sebagai wilayah dengan kasus DBD tertinggi di tahun 2025, masing-masing 48 kasus. Ini menjadi fokus perhatian kami,” kata Sunarto.
Ia menjelaskan, puncak kasus DBD di Trenggalek terjadi pada Januari dan Februari 2025. Tingginya curah hujan pada periode tersebut menyebabkan munculnya banyak genangan air di sekitar permukiman warga, sehingga meningkatkan risiko perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
Menyikapi kondisi itu, Dinkes Dalduk KB Trenggalek melakukan berbagai langkah pengendalian secara terarah. Upaya tersebut meliputi pembagian larvasida atau abate kepada masyarakat di wilayah rawan serta pelaksanaan fogging fokus di daerah endemis yang ditemukan kasus DBD.
Selain tindakan pengendalian vektor, Dinkes juga terus mengintensifkan upaya promotif dan preventif melalui petugas promosi kesehatan di puskesmas. Masyarakat didorong untuk aktif menerapkan Gerakan 3M Plus serta gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik).
Sunarto menegaskan, keberhasilan pengendalian DBD tidak bisa hanya mengandalkan intervensi pemerintah. Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan menjadi faktor kunci untuk menekan angka kasus, terutama di wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi.
“Dengan pemetaan wilayah rawan ini, kami berharap langkah pencegahan bisa dilakukan lebih fokus dan terukur, sehingga penyebaran DBD di Trenggalek dapat terus ditekan pada tahun-tahun mendatang,” ujarnya.











