SUARA TRENGGALEK – Indonesia memperingati Hari Pramuka Nasional setiap 14 Agustus sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan dan pengabdian generasi muda. Tahun ini, Kamis (14/8/2025), momen tersebut sekaligus menjadi pengingat sejarah lahirnya lambang Pramuka dan makna filosofisnya.
Mengutip pramuka.or.id, lambang Pramuka berbentuk tunas kelapa pertama kali diciptakan Soenardjo Atmodipoerwo pada 1961. Simbol ini kemudian ditetapkan sebagai tanda pengenal resmi Gerakan Pramuka melalui SK Kwarnas Nomor 06/KN/72. Hingga kini, lambang tunas kelapa digunakan pada berbagai atribut, seperti bendera, panji, papan nama, dan tanda pengenal.
Lambang tunas kelapa memiliki enam makna utama:
1. Buah nyiur atau cikal melambangkan penduduk asli sebagai cikal bakal generasi penerus bangsa. Setiap anggota Pramuka diibaratkan inti kehidupan bangsa yang menjaga kelangsungan dan persatuan Indonesia.
2. Ketahanan buah nyiur mencerminkan ketangguhan fisik dan mental anggota Pramuka sejati, yang memiliki tekad kuat menghadapi tantangan demi mengabdi pada tanah air.
3. Kemampuan tumbuh di berbagai tempat menandakan daya adaptasi tinggi tanpa kehilangan jati diri di tengah masyarakat.
4. Pertumbuhan menjulang lurus ke atas menggambarkan cita-cita luhur, kemuliaan, dan kejujuran yang teguh.
5. Akar kuat melambangkan keyakinan dan prinsip yang kokoh untuk meraih cita-cita.
6. Kegunaan nyiur dari ujung hingga akar mengajarkan bahwa anggota Pramuka harus menjadi pribadi yang bermanfaat bagi bangsa, negara, dan umat manusia.
Peringatan Hari Pramuka tidak hanya sekadar seremonial, tetapi juga menjadi ajang meneguhkan kembali nilai-nilai luhur, kemandirian, dan semangat pengabdian yang diusung oleh Gerakan Pramuka Indonesia.