SUARA TRENGGALEK – Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Trenggalek menyoroti minimnya tenaga pengajar mata pelajaran muatan lokal (mulok) Bahasa Jawa di sekolah-sekolah.
Menurutnya, banyak lembaga pendidikan belum memiliki guru khusus Bahasa Jawa. Kondisi ini dinilai memprihatinkan karena berpotensi melemahkan pelestarian budaya lokal.
“Ketika kita tanya apakah masing-masing lembaga pendidikan ini sudah punya guru bahasa Jawa, ternyata tidak. Ini kan memprihatinkan,” ujarnya, Kamis (21/8/2025).
Ia meminta agar pemerintah daerah mengalokasikan anggaran untuk workshop bagi guru, agar pembelajaran Bahasa Jawa bisa lebih terarah. Selain itu, Komisi IV juga menyoroti kebutuhan tambahan penghasilan bagi tenaga pendidik PAUD.
“Perlu anggaran ke sana, juga anggaran kaitannya dengan tambahan penghasilan tadi aku bilang yang PAUD,” tambahnya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga menyoroti pendampingan Madrasah Diniyah (Madin) yang semestinya ditanggung penuh oleh pemerintah kabupaten.
Selama enam bulan terakhir, dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur terhenti, namun dalam draf anggaran kabupaten baru teralokasi untuk tiga bulan.
“Kita minta menjadi lima bulan dulu. Syukur nanti kalau pada saat membahas APBD 2026 ini mampu menjadi enam bulan sehingga jangkep satu tahun,” terangnya.
Dengan usulan tersebut, DPRD berharap ada peningkatan dukungan anggaran bagi pendidikan dasar, pelestarian bahasa Jawa, serta lembaga pendidikan keagamaan di Trenggalek dapat diprioritaskan.