PENDIDIKAN

Dinkes Trenggalek Ingatkan Perlunya Anak Diberi Edukasi Seksual Sejak Dini

×

Dinkes Trenggalek Ingatkan Perlunya Anak Diberi Edukasi Seksual Sejak Dini

Sebarkan artikel ini
Edukasi Seksual
Istimewa,

SUARA TRENGGALEK – Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkesdalduk KB) Trenggalek menekankan pentingnya edukasi seksual sejak dini guna mencegah maraknya kasus kekerasan seksual terhadap anak.

Kepala Dinkesdalduk KB Trenggalek, dr. Sunarto menjelaskan bahwa edukasi kepada anak perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan, salah satunya membangun komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.

Orang tua menjadi pihak pertama yang wajib memberikan pendidikan seksual. Mereka perlu mengenalkan nama-nama bagian tubuh, batasan sentuhan, hingga memberi contoh perilaku baik.

“Ciptakan suasana yang aman dan nyaman agar anak merasa bebas berbicara tentang apapun, termasuk jika mengalami hal tidak menyenangkan,” ujar Sunarto, Sabtu (21/6/2025).

Ia berharap kepada para orang tua bahwa anak juga perlu diajari mengenali bagian tubuh pribadi, hak-hak mereka, serta batasan sentuhan yang boleh dan tidak boleh dilakukan orang lain, termasuk orang terdekat.

Selain itu, orang tua diminta memberi contoh perilaku baik, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan terkait keamanan diri, serta memantau aktivitas digital anak. Jika diperlukan, anak harus didampingi oleh tenaga profesional untuk pemulihan trauma dan konseling.

“Edukasi seksual dapat dimulai sejak usia dini dan disesuaikan dengan tahap perkembangan anak,” ungkapnya.

Bahkan anak juga perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan dipantau aktivitas digitalnya. Jika diperlukan, bantuan profesional harus segera diberikan untuk penanganan trauma.

Sunarto memberi contoh anak usia 0–5 tahun diajarkan nama-nama bagian tubuh dan perilaku yang sesuai di ruang publik, sementara anak usia 6-18 tahun diberikan pemahaman tentang pubertas dan kesehatan reproduksi.

“Pendidikan seksual adalah tanggung jawab bersama, mulai dari orang tua, guru, lintas sektor seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, hingga lingkungan sekitar anak,” jelasnya.

Diimbuhkannya, tujuan utama adalah agar anak mampu mengenali bentuk kekerasan seksual, mengetahui hak atas tubuhnya sendiri, dan berani melapor jika mengalami kekerasan.

Sebagai upaya konkret, jajarannya telah melaksanakan sejumlah program, di antaranya pelatihan kekerasan terhadap perempuan dan anak di 22 Puskesmas, edukasi pencegahan kekerasan seksual, kegiatan Aksi Bergizi, Posyandu Remaja, serta pelatihan kader kesehatan remaja.

“Edukasi seksual ini bukan hanya tanggung jawab orang tua. Sekolah dan lingkungan juga harus ikut andil,” tegasnya.

Selain itu, Sunarto beserta jajaran juga telah mengaktifkan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK/R), penjaringan kesehatan anak usia sekolah.

Penerapan Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR), serta mendukung program Sekolah Sehat dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) D’LILA.