SUARA TRENGGALEK – Kasus kekerasan seksual yang terjadi di Kabupaten Trenggalek mendapat sorotan keras dari aktivis mahasiswa yakni M. Sodiq Fauzi, Selasa (24/10/2024).
Sodiq menyayangkan, tindak kekerasan seksual justru dilakukan para pengasuh pondok pesantren bahkan tak sedikit melibatkan para kiai dan gus.
Karena pondok pesantren sering kali dipandang sebagai tempat menuntut ilmu yang aman, di mana para santri mendalami ilmu agama dan membentuk karakter mulia.
Namun, di balik dinding yang terlihat tenang dan penuh ketulusan, ada kisah-kisah kelam yang tak jarang tersingkap.
“Seyogyanya pondok pesantren (Ponpes) yang seharusnya menjadi tempat bagi santri untuk menimba ilmu agama malah menjadi bencana,” ucap Sodiq.
Sodiq juga mengatakan, hal ini sangat memprihatinkan, mengingat pondok pesantren adalah lembaga pendidikan agama yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan sakral bagi para santri.
“Alhasil, aksi bejat yang dilakukan oleh oknum tersebut memberikan citra buruk bagi Ponpes,” ungkapnya.
Sodiq juga menerangkan kasus kekerasan seksual di lingkungan ponpes sangat miris, apalagi jika dilakukan oleh pimpinan pondok yang seharusnya menjadi panutan.
“Ini adalah pelanggaran besar, tidak hanya hukum, tapi juga nilai agama,” tutur Sodiq.
Ia menegaskan bahwa tindakan kekerasan seksual di ponpes tidak bisa dibiarkan. Pihak-pihak terkait, termasuk Kementerian Agama (Kemenag), harus mengambil langkah-langkah tegas untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Setelah pencabutan izin operasional (Ijop) ponpes yang terlibat kasus, Kemenag harus menjalankan kebijakan lanjutan yang lebih konkret.
“Kemenag harus memberikan pendidikan tentang pencegahan kekerasan seksual dan perlindungan diri bagi santri di lingkungan ponpes. Ini penting agar para santri memiliki pemahaman dan kemampuan untuk melindungi diri mereka,” jelas tegasnya.
Lebih lanjut, dirinya juga memberikan pandangannya mengenai bagaimana santri harus bersikap jika terjadi kekerasan seksual di lingkungan ponpes.
Menurutnya, para santri harus berani menjaga diri dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang jika menjadi korban.
Pasalnya, laporan tersebut justru akan membantu korban untuk segera mendapatkan keadilan. “Santri harus berani melapor atau setidaknya berbicara dengan orang yang mereka percayai jika mengalami kekerasan seksual,” pungkasnya.
Dalam hal memilih pondok pesantren yang tepat untuk anak, Sodiq memberikan saran bagi orang tua agar lebih terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka di ponpes.
“Semua ponpes pada dasarnya baik, tetapi orang tua harus rutin menjenguk anak, memberikan dukungan emosional, serta mengingatkan anak untuk berhati-hati. Selain itu, doa dan dukungan spiritual dari orang tua sangat penting,” ujarnya.
Diimbuhkan Sodiq, dengan tindakan yang tegas dari pemerintah serta kesadaran dari para santri dan orang tua, ia berharap kejadian kekerasan seksual di lingkungan ponpes dapat dicegah.
“Di samping itu, para santri dapat belajar dalam lingkungan yang aman dan nyaman,” pungkasnya.