PENDIDIKAN

PGRI Trenggalek Komitmen Perjuangkan Kekurangan Guru di Sekolah

×

PGRI Trenggalek Komitmen Perjuangkan Kekurangan Guru di Sekolah

Sebarkan artikel ini
PGRI Trenggalek Kekurangan guru
Pengukuhan pengurus PGRI Trenggalek periode 2025-2030.

SUARA TRENGGALEK – Pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Trenggalek masa bakti 2025–2030 resmi dikukuhkan, Rabu (29/10/2025) di Pendopo Manggala Praja Nugraha Trenggalek.

Dalam momentum tersebut, Ketua PGRI Trenggalek, Catur Winarno, menyoroti persoalan kekurangan tenaga pendidik di daerahnya yang kini mencapai lebih dari seribu orang.

Berdasarkan data Komisi IV DPRD Trenggalek, jumlah kekurangan guru di kabupaten ini mencapai 1.114 orang. Angka tersebut belum termasuk para guru yang akan memasuki masa purna tugas dalam waktu dekat.

Catur menjelaskan, banyak sekolah negeri yang kekurangan guru. Misalnya ada SMP dengan enam kelas tapi gurunya tinggal empat orang. Bahkan ada yang sembilan kelas, gurunya juga sembilan.

“Padahal guru itu guru mapel (mata pelajaran), tentu kondisinya sudah sangat terbatas,” ujar Catur Winarno usai pelantikan pengurus PGRI Trenggalek.

Untuk menyikapi kondisi tersebut, Catur mendorong pemerintah daerah dan pusat segera mengambil langkah pemenuhan kebutuhan guru secara prosedural.

Selain rekrutmen, PGRI juga mengusulkan alternatif sistem “moving class” guna mengoptimalkan tenaga pengajar yang ada.

“Kalau rekrutmen belum bisa cepat dilakukan, bisa dengan pola moving class. Jadi gurunya standby di ruang tertentu dan siswanya yang bergantian datang. Selain itu, guru di sekolah berdekatan juga bisa saling membantu jika kekurangan tenaga,” jelasnya.

Dalam waktu dekat, PGRI Trenggalek juga akan fokus membantu pemerintah mempercepat sosialisasi dan implementasi pembelajaran mendalam (PM) yang menjadi bagian dari kurikulum merdeka.

Kegiatan bimbingan teknis akan digelar di 14 kecamatan agar menjangkau seluruh guru. “Program pelatihan dari pemerintah belum menyentuh semua guru. Maka PGRI akan ikut turun untuk memperluas pelatihan di tingkat kecamatan,” tambah Catur.

Terkait peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) guru, pihaknya memastikan akan terus mengawal pelatihan profesionalisme guru agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.

Selain itu, Catur juga menyoroti pentingnya transformasi digital dalam dunia pendidikan. Menurutnya, guru muda lebih cepat beradaptasi dengan teknologi, sementara guru senior perlu didampingi.

“Transformasi digital itu keniscayaan. Bantuan perangkat dari kementerian sudah mulai turun, dan kami akan maksimalkan penggunaannya. Guru muda dan senior bisa saling kolaborasi agar pemanfaatannya optimal,” tutupnya.