SUARA TRENGGALEK – Pihak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sumbergedong, Kecamatan Trenggalek, memberikan klarifikasi terkait keluhan nasi goreng basi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sempat disampaikan salah satu wali murid.
Plt Kepala SDN 1 Sumbergedong, Anto Santosa, mengatakan pihaknya baru mengetahui informasi tersebut setelah muncul dalam pemberitaan media. Setelah ditelusuri, keluhan hanya datang dari satu wali murid.
“Saya mendengar informasi itu dari berita. Setelah kami telusuri dari guru kelas, Jumat (17/10/2025) sekitar pukul 14.30 ada komplain dari salah satu wali murid yang menyatakan makanannya basi,” ujar Anto, Sabtu (18/10/2025).
Anto juga mengaku terkejut karena saat berada di sekolah dirinya tidak menerima laporan langsung. Justru beberapa siswa yang ia tanya menyampaikan bahwa menu MBG hari itu terasa enak.
“Saat saya di SDN 1 Sumbergedong, saya kaget karena tidak ada keluhan. Anak-anak kelas 4 sampai 6 malah bilang makanannya enak dan minta menu yang sama lagi,” ungkapnya.
Meski demikian, pihak sekolah tetap menjadikan laporan tersebut sebagai bahan evaluasi dan akan memberikan masukan kepada penyedia MBG agar pelayanan lebih baik.
“Apapun itu tetap kami jadikan bahan evaluasi. Kami akan memberi masukan kepada pihak SPPG supaya pelayanan MBG di SDN 1 Sumbergedong lebih higienis, sehat, dan sesuai kebutuhan anak-anak,” jelasnya.
Anto menambahkan, SDN 1 Sumbergedong mulai menerima program MBG sejak 28 September 2025 dengan total 163 penerima manfaat, terdiri dari siswa, tenaga pendidik, dan guru.
Ia menegaskan hingga kini belum pernah melayangkan pengaduan resmi kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) karena pelayanan di sekolahnya dinilai baik.
“Sebagai kepala sekolah, saya belum pernah membuat pengaduan kepada SPPG karena secara umum pelayanan MBG di Sumbergedong relatif baik,” ujarnya.
Anto juga akan tetap memastikan pihak sekolah menjalankan prosedur pemeriksaan makanan sesuai arahan SPPG.
“Sesuai sosialisasi dari SPPG, kami menerima makanan, menghitung kesesuaian jumlah dengan murid dan guru, lalu memeriksa fisik, bau, dan rasa makanan. Setelah kami coba dan dinilai layak, baru kami berikan kepada anak-anak,” pungkasnya.