SUARA TRENGGALEK – Kabupaten Trenggalek di bawah kepemimpinan Bupati Mochamad Nur Arifin atau Mas Ipin pernah menjadi pelopor pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Berbeda dengan daerah lain, Trenggalek sempat memilih melibatkan kantin sekolah sebagai penyedia makanan bagi siswa meski saat ini tidak bisa dilaksanakan.
Mas Ipin saat itu menilai pola ini lebih hemat dan berkelanjutan. “Dengan melibatkan kantin, pelaku usaha mikro tetap bisa mendapatkan penghasilan dan omzet mereka tidak turun,” ujarnya.
Pemerintah daerah juga melatih pengelola kantin agar mampu menyediakan menu sesuai standar gizi. Bahan makanan dipasok dari petani lokal dan kelompok PKK yang memanfaatkan pekarangan sekolah untuk menanam sayuran.
Siswa diwajibkan membawa alat makan sendiri, sementara sistem prasmanan diberlakukan untuk mengurangi sampah plastik dan memastikan makanan tetap hangat.
Uji coba program pernah berlangsung di SMP Gotong Royong 2 Suruh, Desa Wonokerto, pada 30 Januari 2025. Menu yang disajikan antara lain nasi, pisang, ayam, tahu, serta sayur sop, yang dirancang memenuhi sepertiga kebutuhan kalori harian siswa.
Program MBG resmi bergulir pada 6 Juni 2025 melalui peluncuran Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Yayasan Lumbung Boga Sakti, Desa Karangsoko.
Anggaran sebesar Rp 3 miliar dialokasikan dalam APBD 2025, sementara tahap awal dibiayai melalui sedekah yang dikumpulkan Baznas.
Jika hal itu terjadi, program ini akan diperluas ke wilayah lain dengan memanfaatkan aset sekolah untuk dapur sementara, terutama di Dongko dan Munjungan.
Bahkan upaya ini sempat mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas dan Anggota DPR RI Novita Hardini. Namun upaya tersebut akhirnya gagal.
Saat ini, sejumlah tantangan masih dihadapi program tersebut. Misal kasus keracunan massal terkait MBG dilaporkan di beberapa daerah lain, sehingga pengawasan mutu makanan perlu diperketat.
Selain itu, keterbatasan lahan dapur, beban kerja pengelola, dan keberlanjutan pendanaan menjadi perhatian pemerintah daerah.
Trenggalek menargetkan program ini tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah, ibu hamil, dan menyusui, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal.
“Harapan kami, Trenggalek bisa jadi prototipe nasional untuk MBG berbasis kantin sekolah,” kata Mas Ipin pada waktu itu.